Categories
Sains

Penurunan Populasi Burung Hering Picu Kematian Setengah Juta Rakyat India

NEW DELHI – Menurunnya populasi burung nasar di India menimbulkan konsekuensi yang mengerikan, dan sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa hal ini terkait dengan lebih dari setengah juta kematian manusia.

Baca selengkapnya – Israel melepaskan merpati untuk membersihkan ribuan mayat di Gaza

Seperti dilansir IFL Science, burung yang dulunya berperan penting dalam membersihkan bangkai ini kini punah akibat keracunan obat-obatan yang digunakan dalam peternakan.

Analisis yang dilakukan oleh para ilmuwan di Amerika Serikat dan Inggris mengungkapkan bahwa kematian di kota-kota yang terkena dampak hilangnya burung nasar meningkat lebih dari 4%.

Hal ini disebabkan oleh “kejutan” sanitasi yang terjadi setelah unggas tidak ada lagi untuk membersihkan karkas. Ketidakhadiran mereka menyebabkan peningkatan penyakit yang disebabkan oleh hewan lain seperti anjing dan tikus, yang memakan bangkai dengan cara yang lebih higienis.

Selain dampak kesehatan yang serius, hilangnya burung nasar juga berdampak buruk pada aspek ekonomi. Studi ini menemukan bahwa hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar US$69,4 miliar per tahun antara tahun 2000 dan 2005. Hal ini disebabkan oleh biaya tambahan untuk pengendalian penyakit dan pembuangan limbah yang tidak aman.

Burung nasar adalah spesies pemulung yang sangat efisien. Mereka mampu membersihkan bangkai sapi dalam waktu 40 menit sehingga tulangnya bersih. Hal ini membantu mencegah penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan tetap bersih.

Penurunan populasi burung nasar di India dimulai pada tahun 1994, ketika obat anti-inflamasi yang disebut diklofenak mulai digunakan pada peternakan. Diklofenak beracun bagi burung nasar, dan menyebabkan mereka mati dalam beberapa hari setelah memberi makan hewan yang diberi obat tersebut.

Hilangnya burung nasar berdampak besar pada ekosistem India. Populasi anjing dan tikus meningkat, dan hewan-hewan ini membawa penyakit seperti rabies dan leptospirosis. Hal ini menyebabkan peningkatan kematian manusia dan kerugian ekonomi yang signifikan.

Ada upaya untuk melestarikan populasi burung nasar di India. Hal ini termasuk melarang penggunaan diklofenak di peternakan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya burung nasar, dan membiakkan burung nasar di penangkaran.

Menurunnya populasi burung nasar di India merupakan sebuah tragedi dengan konsekuensi yang luas. Tindakan untuk melestarikan burung-burung penting ini dan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Categories
Sains

Ropen Dinosaurus Terbang yang Dipercaya Masih Hidup di Papua Nugini

JAJAPURA – Cerita tentang pterosaurus hidup telah beredar di Papua Nugini dan pulau-pulau sekitarnya selama bertahun-tahun.

Salah satu laporan paling menarik datang dari Pulau Umboi, yang terletak di lepas pantai daratan. Penduduk setempat bercerita tentang makhluk yang mereka sebut Duwas atau Ropen.

Menurut mereka, Ropen memiliki lebar sayap hingga 29 kaki dan berwarna abu-abu tua. Makhluk ini memiliki dua sayap kasar, ekor panjang berbentuk berlian, pengait di kepala, kulit bengkak, mulut penuh gigi, dan cakar silet.

Seperti yang dilaporkan Lithub, ahli kriptozoologi percaya bahwa Ropen mungkin merupakan keturunan Dimorphodon atau Rhamphorhynchus.

Namun, kedua spesies ini jauh lebih kecil daripada Ropen yang dijelaskan, panjangnya hanya sekitar 3 kaki dan lebar sayap 5 kaki.

Dimorphodon memiliki dua set gigi yang berbeda, sedangkan Rhamphorhynchus memiliki tengkorak yang panjang dan sempit dengan gigi menghadap ke depan. Semua tipe ‘i tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe tipe

Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang mendukung keberadaan Ropen. Tidak ada fosil atau spesimen hidup yang pernah ditemukan, dan foto atau video yang tersedia tidak dapat diverifikasi.

Namun kisah Ropen terus menarik perhatian dan imajinasi orang-orang di seluruh dunia. Apakah Ropen benar-benar ada atau hanya mitos belaka? Jawabannya masih menjadi misteri.

Kecil kemungkinannya Ropen adalah pterosaurus hidup yang tidak diketahui sains.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah Ropen benar-benar ada atau tidak. Analisis terhadap fosil atau spesimen hidup, serta analisis DNA terhadap kemungkinan spesimen, dapat membantu memberikan jawaban yang pasti.

Sementara itu, kisah Ropen menjadi pengingat akan kekayaan dan misteri alam. Masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang planet kita ini, dan selalu ada kemungkinan bahwa makhluk-makhluk baru dan menakjubkan masih menunggu untuk ditemukan.

Categories
Sains

Kasuari Burung Paling Berbahaya Asal Papua Dinyatakan Terancam Punah

JAYAPURA – Kasuari selatan yang terkenal dengan cakarnya yang tajam, lehernya yang berwarna biru neon, dan helmnya yang berwarna coklat, kini terancam punah.

Seperti dilansir IFL Science, Minggu (6/9/2023), burung yang tidak bisa terbang ini benar-benar berbahaya bagi manusia ketika berada di ambang kepunahan, bahkan membunuh satu ekor pada tahun 2019.

Ironisnya, ancaman terbesar bagi elang selatan adalah manusia. Penyebab utama kematian puma tua di habitatnya di Australia dan Papua Nugini adalah hilangnya dan fragmentasi habitat, serangan anjing, dan tabrakan kendaraan.

Namun, kasir tidak akan mendekati Anda kecuali Anda menyela. Namun jika Anda terlalu dekat, Anda akan segera menyadari bahwa Anda tidak ingin mendekati singkong yang terancam punah. Singkong bahkan membunuh seorang pria pada tahun 2019.

Akibatnya, hanya tersisa sekitar 4.000 ekor coot dewasa di alam liar, dan jumlahnya terus menurun. Pemerintah Australia menambahkan 143 spesies baru ke Daftar Spesies Terancam Punah Australia, dan mengidentifikasi mereka sebagai Terancam Punah dalam Laporan Rupp tahun 2023.

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan populasi kasuari selatan terancam punah.

Hilangnya habitat: Hutan hujan tropis, habitat alami belahan bumi selatan, ditebangi untuk pembangunan, pertambangan, dan pertanian.

Fragmentasi habitat: Jalan dan infrastruktur lainnya membuat habitat kasuari menjadi terfragmentasi, sehingga menyulitkan mereka mencari makan, kawin, dan menjadi dewasa.

Serangan anjing: Anjing liar dan peliharaan sering menyerang dan membunuh ternak.

Categories
Sains

Inilah Burung yang Terancam Punah di Indonesia, Nomor 2 hanya Tersisa Ratusan Ekor

JAKARTA – Indonesia kaya akan flora dan fauna. Sayangnya, banyak burung asli Indonesia yang terancam punah karena berbagai sebab. Termasuk perdagangan ilegal dan perburuan liar. Burung mana yang berisiko?

1. Elang Jawa (Nisaetos bartelsi)

Elang Jawa merupakan salah satu burung pemangsa yang umum ditemukan di Pulau Jawa. Burung ini memiliki jambul yang menonjol di kepalanya dan tubuh berwarna hitam gelap. Elang Jawa terancam kehilangan habitat akibat penggundulan hutan dan perburuan liar.

2. Bintang Bali (Leukopsar rothschild)

Bintang Bali merupakan burung terkenal di Bali yang mempunyai sayap berwarna putih bersih dengan sayap dan ekor berwarna hitam. Burung ini terkenal keindahannya dan menjadi simbol fauna Bali. Ancaman utama terhadap Jalak Bali adalah perdagangan ilegal dan hilangnya habitat alami. Diperkirakan hanya 50-100 individu yang hidup di alam liar

3. Burung Cendrawasih Kuning Besar (Pradisaea apoda)

Burung ini adalah salah satu spesies cendrawasih yang paling populer. Burung Cendrawasih Besar Kuning jantan mempunyai sayap berwarna kuning cerah dengan hiasan ekor yang panjang dan indah. Mereka terancam oleh perburuan karena bulunya dan hilangnya habitat.

4. Kakatua kuning (Cacatua sulphurea)

Kakatua kuning merupakan burung dengan sayap berwarna putih dan cangkang kuning yang mencolok. Burung ini mempunyai kemampuan meniru suara dan dikenal sangat cerdas. Ancaman terbesar yang dihadapi kentang kuning adalah perdagangan hewan ilegal.

5. Burung Rangkong Berkerudung (Rhinoplax alert)

Burung enggang berkerudung merupakan burung enggang terbesar di dunia, dan paruhnya terbuat dari gading. Burung ini berperan penting dalam ekosistem hutan. Topi terancam merampas janggut termahal di pasar gelap.

6. Nias Beo (Gracula Robusta)

Beo Nias adalah burung beo dengan sayap hitam mengkilat dan bintik kuning di belakang matanya. Burung ini dikenal suka menirukan suara manusia. Burung beo di Nias terancam oleh perdagangan hewan peliharaan ilegal.

7. Rumput hijau (Pavo muticus)

Merpati hijau merupakan burung bersayap cantik yang terkenal dengan ekornya yang panjang dan berwarna-warni. Burung ini terancam oleh perburuan liar dan hilangnya habitat aslinya.

Baca juga: Kasuari Asal Papua Dinyatakan Terancam Punah

8. Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo)

Maleo Senkawor merupakan burung endemik Sulawesi yang memiliki kebiasaan bersarang yang unik. Burung ini mengubur telurnya di pasir pantai atau pasir vulkanik yang hangat. Maleo Senkawori terancam oleh perburuan telur dan hilangnya habitat alami.

Categories
Sains

Burung Setinggi 2 Meter Pernah Menjadi Teror 50 Juta Tahun Lalu di Antartika

ANTARCTIC – Para ilmuwan baru-baru ini menemukan sisa-sisa seekor burung besar di Antartika, yang disebut “Burung Mengerikan”. Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa burung tersebut mungkin memiliki panjang 2 meter dan merupakan hewan predator di permukaan danau sekitar 50 juta tahun yang lalu.

Seperti dilansir IFL Science pada Rabu (13/3/2024), penemuan ini sangat penting karena memberikan informasi baru mengenai kehidupan burung dan lingkungan Antartika di masa lalu.

Anda mungkin dimaafkan jika memikirkan penguin yang lucu ketika mendengar “burung yang tidak bisa terbang” dan “Antartika”. Namun sebuah penelitian baru membawa kita kembali ke 50 juta tahun yang lalu, ketika makhluk paling berbahaya hidup di benua yang panas: burung pemangsa.

Dr. Carolina Acosta Hospitaleche dan timnya sedang menggali Formasi La Meseta – endapan sedimen Eosen di Pulau Seymour, Antartika – ketika mereka menemukan sesuatu yang tidak biasa.

Apa yang mereka temukan adalah kaki seekor burung besar yang tidak bisa terbang yang dikenal sebagai “burung mengerikan Antartika”. Burung ini jauh lebih besar dari penguin, tingginya mencapai dua meter dan beratnya 150 kg. Cakarnya yang kuat dan paruhnya yang besar menunjukkan bahwa burung ini adalah salah satu pemakan sebagian besar hewan di lingkungannya.

Temuan menunjukkan bahwa Antartika dulunya memiliki iklim yang sangat panas, sehingga burung-burung besar yang tidak dapat terbang dapat melarikan diri. Hal ini juga menunjukkan bahwa evolusi burung berbahaya ternyata lebih sulit dari perkiraan sebelumnya.

Penelitian terus berlanjut, dan para ilmuwan berharap dapat menemukan fosil untuk mempelajari lebih lanjut tentang burung Antartika yang berbahaya tersebut.

Penemuan Burung Mengerikan ini menunjukkan bahwa Antartika pernah memiliki ekosistem yang lebih beragam dan dinamis daripada yang kita duga sebelumnya.

Burung ini adalah contoh yang sangat baik dari evolusi burung dan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan.