Categories
Kesehatan

Angka Pernikahan di Indonesia Turun Jadi 1,5 Juta per Tahun, Apa Faktor Penyebabnya?

bachkim24h.com, Jakarta Angka pernikahan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut Hasto Vardoyo, Direktur Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), hal ini disebabkan oleh perubahan persepsi terhadap pernikahan.

“Dulu perkawinan per tahun lebih dari dua juta, namun saat ini usia menikah masih cukup tinggi, hanya 1,5 hingga 1,7 juta,” kata Dr Hasto saat berkunjung ke Universitas Negeri Semarang (UNNES), Rabu. Rabu. , 26 Juni 2024.

Ia menjelaskan, sebagian besar tujuan pernikahan di Indonesia adalah prokreasi, atau membesarkan anak.

Lanjutnya, “Ada pihak yang bersenang-senang agar hubungan suami istri sah, dan ada wilayah yang perlu ‘aman’, yaitu dilindungi.”

Sementara itu, terjadi perubahan persepsi terhadap pernikahan. Jika dianggap tradisi atau budaya yang tidak memperbolehkan pernikahan. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya penurunan niat menikah sehingga menghasilkan angka kesuburan total (TFR) sebesar 2,18.

“Total angka kelahiran di Jawa Tengah adalah 2,04. Sebagai sebuah negara, saya bertanggung jawab untuk memastikan pertumbuhan penduduk yang seimbang. Saya ingin saudara perempuan saya memiliki anak perempuan rata-rata,” ujarnya.

“Jika ada 1.000 perempuan di sebuah desa, maka harus ada 1.000 anak perempuan yang dilahirkan,” kata Dr. Hasto. “Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa desa tersebut tidak mengalami pertumbuhan nol atau bahkan negatif, yang seiring berjalannya waktu akan menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk. .

Hasto mengimbau para remaja untuk tidak menikah terlalu muda. Hal ini dikarenakan beragamnya potensi masalah yang bisa muncul di awal kehamilan.

Mereka juga memberikan saran mengenai sistem reproduksi dan perkembangan bayi Anda setelah 1000 hari pertama kehidupan (FLD).

“Mempersiapkan pernikahan mempunyai makna yang dalam. Artinya mempersiapkan kehamilan.

Menurut Wahidi, Wakil Direktur Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, kehamilan yang baik, ideal, dan aman adalah kehamilan yang terjadi pada usia 21 hingga 35 tahun.

“Kampanye kita sedang hamil, jadi idealnya yang ada antara 21 orang dan tidak lebih dari 35 orang,” kata Vahidin saat berpidato di tempat lain, Kamis (27 Juni 2024).

Presentasi atas nama Rektor UNNES, Wakil Rektor III. Guru Besar Riset, Inovasi dan Sistem Informasi, Ph.D. Ngabiyanto, M.Si juga mengatakan hal serupa.

“Mempersiapkan pernikahan tidak hanya fisik, tapi juga pengurusan rumah tangga dan mental.

Untuk menanamkan pengetahuan tentang persiapan pernikahan dan persiapan kehamilan, siswa diajak untuk mempelajari program Saudara Asuh bagi anak stunting.

Program ini termasuk dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bentuk dukungan UNNES terhadap program pemerintah.

“Itu program utama di KKN. Kami baru menempatkan 4.500 mahasiswa KKN. Temanya salah satunya degrowth,” ujarnya.

Pendidikan mahasiswa dilaksanakan tidak hanya melalui KKN, namun juga melalui peer group dan disebut dengan konseling remaja P2P (Peer to Peer).

Pelatihan yang diberikan terkait pendidikan seks dan pendampingan pengisian formulir permohonan Elsimill bagi calon pengantin.

“Kegiatan ini dilancarkan pimpinan Pusat Informasi dan Pertimbangan Pemuda UNNES,” kata Ngabianto.

Ngabiyanto melaporkan, KKN UNNES pada tahun 2023 menjangkau 288 desa dan menjangkau 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tujuannya untuk mendukung 26 kabupaten/kota yang mencakup 421 desa dengan tema mengurangi lag pertumbuhan pada tahun 2024.

Categories
Kesehatan

Anak Muda Enggan Cepat-Cepat Nikah, Apa karena Beban Hidup Makin Tinggi?

bachkim24h.com, Jakarta Badan Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memandang penurunan usia menikah sebagai isu baru di tengah upaya menekan penyebaran pola asuh.

Deputi Bidang Advokasi, Organisasi dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, pihaknya belum memiliki informasi atau penelitian mengenai fenomena menurunnya pernikahan di berbagai daerah. Namun, dia berharap data terkait penurunan usia menikah dikaji secara mendalam.

“Harus jelas sumber informasinya, apakah lembaga yang menyelenggarakan perkawinan mengatakannya atau tidak. Ada KUA (Urusan Agama), gereja, dan lembaga lainnya,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (12/1/2024). .

“Baik perkawinannya dicatatkan sekarang atau tidak, karena ada perkawinan yang dilakukan secara terpisah, padahal hukum kita melindungi hukum yang baik,” imbuhnya.

Sukaryo lalu mengutarakan alasan anak muda masa kini enggan segera menikah.

Beberapa di antaranya berbicara tentang aspek psikologis, sosial, dan ekonomi yang perlu dikaji. Pasalnya, terdapat perbedaan pendapat bahwa bertambahnya beban hidup membuat masyarakat kurang tertarik untuk menikah.

“Sebenarnya sebaliknya, berdasarkan penelitian saya di Jabar, orang menikah karena ada masalah keuangan dalam keluarga. Makanya menikah. Saya kurang begitu paham dengan fenomena itu sekarang,” jelas Sukaryo.

Sukaryo Teguh pun menduga ada alasan lain yang menyebabkan masyarakat enggan menikah. Itu karena mereka mempunyai skill yang bagus.

“Jadi, saya tidak ingin mempersulitnya,” ujarnya.

Meski demikian, Sukaryo meminta agar apa yang disampaikan harus didukung dengan informasi yang baik.

“Untuk melihat fenomena penurunan jumlah perkawinan yang terjadi saat ini, sebaiknya dikaji dari berbagai sudut pandang dan sumber yang berbeda-beda, agar terlihat jelas perubahannya dimana di gereja-gereja juga terdapat perkawinan yang dicakup dalam pencatatan perang saudara,” katanya.

Dibalik viralnya fenomena pernikahan yang mulai terjadi, Sukaryo Teguh mengingatkan, ada hal penting lain yang perlu diperhatikan.

“Yang tamtama itu sudah menikah, tapi apakah yang menikah sama dengan yang belum menikah?”

Sukaryo menilai perubahan penolakan pernikahan pada generasi muda tidak bersifat permanen, meski tetap perlu mendapat perhatian khusus.

“Tapi kalau berhubungan seks di luar nikah, tapi berhubungan seks di luar nikah, itu yang memang perlu dicegah, harus hati-hati.

Jika melihat situasi di beberapa negara yang usia menikahnya semakin rendah atau bahkan generasi mudanya belum mau menikah, terdapat fenomena usia melakukan hubungan seks di luar nikah yang semakin rendah.

Sukaryo mengatakan, pendataan Age Spesifik Fertilitas (ASFR) 10-15 tahun sudah dimulai belakangan ini. Faktanya, angka tersebut tidak ada lima atau 10 tahun yang lalu.

Artinya, hubungan seks di luar nikah lebih mungkin terjadi, katanya.

Ia menegaskan, pihak-pihak terkait harus mewaspadai hubungan seksual di luar nikah yang kini menjadi isu yang berkembang. 

“Perlu kita waspadai karena nantinya akan menimbulkan konflik dalam keluarga yang akhirnya berujung pada perceraian,” tutupnya.

Sebelumnya diberitakan, angka pernikahan di Indonesia akan menurun pada tahun 2023 dan menjadi angka terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebanyak 1.577.255.

Data tersebut tertuang dalam Sensus Indonesia 2024 Volume 52 yang baru-baru ini diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Pada tahun 2021, jumlah pernikahan sebanyak 1.742.049 jiwa. Sedangkan pada tahun 2022 angka pernikahan turun menjadi 1.705.348.

Categories
Kesehatan

Stunting Bisa Tingkatkan Risiko Anak Terkena Tuberkulosis

bachkim24h.com, Jakarta – Stunting dapat meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis atau TBC pada anak. Seperti disampaikan Badan Kesejahteraan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti, penurunan imunitas akibat masalah gizi dapat meningkatkan risiko terjadinya tuberkulosis aktif.

Stunting dapat meningkatkan risiko terjadinya tuberkulosis aktif karena kurangnya imunitas akibat masalah gizi, dan tuberkulosis yang tidak ditangani dengan cepat dapat menghambat pertumbuhan anak dan dapat menyebabkan stunting. Kurangnya nafsu makan pada anak penderita tuberkulosis juga dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak memadai. . perkembangan.” , kata Nopian di Jakarta dalam kelas Orang Tua (Kerabat) Hebat yang mengangkat tema “Mengenali dan Mencegah Tuberkulosis pada Anak Usia Dini”, Jumat, dilansir ANTARA.

Indonesia, kata Nopian, termasuk dalam delapan negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi.

“Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara penyebab 2/3 kasus tuberkulosis di dunia. Hasil survei tertulis pada tahun 2023 menunjukkan prevalensi tuberkulosis paru berdasarkan kelompok umur kurang dari satu tahun sebesar 0,08 persen, 1- 4 tahun sebesar 0,42 persen, dan kelompok 5-12 tahun 0,18 persen, kata Nopian.

Sementara itu, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Hasto Wardoyo yang menjabat Kepala BKKBN pada tahun 2019-2024 mengatakan pada tahun 2022 akan terjadi peningkatan kasus tuberkulosis yang signifikan. Oleh karena itu, Hasto menekankan pentingnya Bacills Calmette Guerin ( Vaksin BCG) diberikan kepada bayi sebelum usia 1 bulan untuk mencegah tertularnya penyakit tersebut.

“Peningkatan kasus TBC pada tahun 2022 pasca pandemi sangat pesat. TBC pada anak kecil cukup serius karena akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak juga terpengaruh,” jelas Dokter Hasto.

 

Tak hanya itu, Hasto juga menekankan pentingnya orang tua memahami TBC yang resistan terhadap obat.

“Sekarang ada TBC yang resistan terhadap obat, hati-hati setiap ibu, vaksin itu penting, begitu anak lahir, mereka diberikan vaksinasi untuk mencegah terjadinya TBC karena TBC terus meningkat, kemudian muncul jenis baru. TBC, resistan terhadap obat. Jadi kalau TBC itu resistan terhadap obat, jadi kalau diberikan obat apa pun, tidak akan berhasil, katanya.

 

Kesehatan lingkungan, kata Hasto, juga penting untuk melindungi masyarakat karena rumah yang kotor juga menjadi penyebab penyakit TBC.

“Jadi kalau rumah yang kotor, ventilasinya buruk, dan lembab, maka (penularannya) cepat menular, sehingga kalau ada yang mengidap TBC bisa menular ke orang lain,” jelasnya.

Sebagai informasi, anak-anak di bawah usia lima tahun termasuk kelompok yang berisiko terkena tuberkulosis. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan di Indonesia terdapat 100.726 anak yang terkena tuberkulosis pada tahun 2022. Jumlah tersebut termasuk anak usia 0-14 tahun. Rinciannya, terdapat 57.024 anak usia 0-4 tahun yang mengidap TBC.

Categories
Kesehatan

Kepala BKKBN: Keluarga Indonesia walau Miskin Ternyata Tetap Bahagia

bachkim24h.com, Jakarta Meski berada di bawah garis kemiskinan, namun keluarga Indonesia tetap hidup bahagia. Hal ini disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo.

Terlihat masyarakat Indonesia, meski miskin, tetap bahagia, kata Dr Hasto di sela-sela acara silaturahmi dan syukur memperingati Hari Keluarga nasional (Harganas) ke-31 tahun 2024 di Auditorium Pusat BKKBN, Jakarta . , Rabu, 17 Juli 2024.

Hal ini terlihat dari hasil pengukuran Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) yang dilakukan BKKBN.

“iBangga itu ada (tandanya) damai, mandiri, bahagia. Titik tertinggi kita adalah kebahagiaan. Titiknya 72. Sedangkan titik kemerdekaannya 51. Jadi titik kedamaiannya 56 atau 57,” jelasnya Tergesa-gesa. 

Berdasarkan data tersebut, kata Hasto, kebebasan masyarakat sebenarnya masih lemah, meski tingkat kebahagiaannya tinggi.

“Miskin tapi bahagia, begitulah kenyataannya, kalian selalu bersyukur. Kalaupun miskin, kalian tidak akan bersedih,” ujarnya.

Hasto menjelaskan, ketiga indikator pengukuran iBangga lebih detail. Pertama, indeks kenyamanan.

“Contoh indeks kedamaiannya adalah pasangan. Mereka punya akta atau surat nikah. Kalau istri perempuan pasti nilai keamanannya lebih rendah. “Skor kita belum mencapai angka 60. Itu tidak mudah karena angka perceraian masih tinggi,” tambah dr Hasto.

Kedua, lanjut Hasto, indikator kemandirian erat kaitannya dengan faktor ekonomi.

“Kemerdekaan jelas, jumlahnya 52. Artinya, dia masih belum mampu membiayai biaya pendidikan, biaya makan. Masyarakat Indonesia dari kalangan menengah ke bawah tidak banyak,” jelasnya.

Tanda kebanggaan yang ketiga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan ditandai dengan kehidupan bersosialisasi, bekerja sama, jalan-jalan, bersenang-senang, ngobrol, bersosialisasi.

“Itulah yang membuat kami senang. Kalau di kampung jaga gardu induk, sibuk patroli, asyik, padahal harus banyak kerjaan,” jelasnya.

Pada Februari 2024, Dr. Hasto menyampaikan bahwa keluarga di Provinsi Aceh adalah yang paling bahagia.

Dikatakannya, keluarga di Provinsi Aceh menduduki peringkat pertama keluarga paling bahagia di Indonesia. Wilayah Bener Meriah tercatat menjadi kabupaten dengan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) tertinggi di Provinsi Banda Aceh, yaitu sebesar 69,48 persen.

“Kami BKKBN membuat indeks kebahagiaan keluarga, karena visi BKKBN adalah keluarga berkualitas. Saya nilai Aceh. iBangga Aceh 65,38 tertinggi di Indonesia. Indikatornya ada tiga yaitu perdamaian, kebebasan, kebahagiaan,” jelas Hasto saat kunjungan kerja ke Banda Aceh pada 28-29 Februari 2024.

Indeks Pembangunan Keluarga merupakan ukuran kualitas keluarga yang tercermin dari kedamaian, kemandirian dan kebahagiaan keluarga. Hasil iBangga salah satunya adalah mendeskripsikan peran dan fungsi keluarga di seluruh wilayah Indonesia.

Hasil indeks ini digunakan untuk mengklasifikasikan status perkembangan keluarga ke dalam kategori kuat, berkembang, atau lemah.

Meskipun merupakan provinsi paling bahagia, Aceh masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan program penurunan stunting.

Hasto menjelaskan secara rinci apa saja yang harus diperhatikan oleh Provinsi Aceh.

Pertama, rata-rata hanya 50 persen pasangan usia subur yang mempunyai keluarga berencana di Aceh. Sementara angka nasional menunjukkan rata-rata keluarga berencana modern (mCPR) sebesar 60,4 persen.

Kedua, unmet need atau kebutuhan keluarga berencana di Provinsi Aceh sebesar 13,4.

Terkait keterlambatan tersebut, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Provinsi Aceh sebesar 31,2 persen. Artinya tren penurunannya masih belum signifikan.

Kita targetkan tidak sampai 14 persen di tahun 2024 karena angkanya terlalu banyak. Tapi arahan presiden sampai 14 persen,” pungkas dr Hasto.

Categories
Kesehatan

5 Arahan Wapres Ma’ruf Amin untuk BKKBN terkait Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting

bachkim24h.com, Jakarta – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin memberikan beberapa arahan kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait program Bangga Kencana dan Percepatan Penyusutan Perdesaan (PPS).  

“Tahun ini akan dievaluasi seluruh target dalam RPJMN 2020-2024, termasuk target prevalensi cicilan sebesar 14 persen pada tahun 2024. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian,” kata Ma’ ruf Amin. pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Instruksi yang diberikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin adalah: Pertama, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program yang telah dilaksanakan. Baik terkait prestasi, pembelajaran maupun rekomendasi. Penilaian ini penting, agar program-program yang telah kita laksanakan dapat terus berlanjut dan menjadi prioritas pemerintahan selanjutnya. Kedua, Wapres meminta untuk mengidentifikasi dan menavigasi faktor-faktor yang menyebabkan lambatnya pencapaian penurunan stunting dalam dua tahun terakhir. Fokuskan strategi dan pendekatan pada pencegahan kerugian lebih lanjut, tanpa mengurangi intervensi terhadap anak-anak yang gagal. Memimpin berbagai intervensi kebijakan pada isu-isu leverage yang tinggi untuk mempercepat pengurangan kemacetan.

“Selain itu, saya meminta agar mereka tetap menjaga komitmen pimpinan dan visi terhadap program pengurangan pendekatan, baik di pusat maupun daerah, terutama di masa transisi dan pergantian kepemimpinan tahun ini.”

“Akhirnya saya menyampaikan apresiasi atas kerja keras saudara selama ini dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” ujar Wapres.

Tak lupa, Ma’ruf juga meminta partisipasi dan kontribusi seluruh pihak yang berkepentingan, termasuk lembaga non-pemerintah, dalam mendukung pencapaian tujuan penurunan racht.

Mari kita jaga dan perkuat kerja sama, sinergi dan kolaborasi menuju Indonesia tanpa ada pemulihan hubungan. “Semoga Allah SWT selalu memberikan ‘inayahnya dan meridhoi segala ikhtiar kita semua,” harapnya.

Di awal pidatonya, Ma’ruf mengingatkan kita akan tanggung jawab bersama dalam mengawal kebijakan pembangunan sumber daya manusia Indonesia.

Ma’ruf pun menyentuh ibu kota Indonesia untuk mendapatkan Emas Indonesia. Menurutnya, dengan proyeksi penduduk usia produktif yang mendekati 70 persen dari total penduduk, maka bisa dikatakan modal besar menuju Indonesia Emas 2045 sebenarnya sudah tercurah.

Namun tugas selanjutnya adalah bagaimana memastikan potensi bonus demografi tersebut dapat dikelola dengan baik.

“Tentu kita ingin SDM yang ada benar-benar menjadi aset dan kekuatan bagi bangsa,” ujarnya.

“Selanjutnya, ketika kita menghadapi tantangan global yang dinamis dan beragam yang harus kita antisipasi, maka strategi dan kebijakan pembangunan manusia yang tepat dan komprehensif akan menjadi semakin penting,” tambahnya.

Dalam dua puluh tahun ke depan, lanjut Ma’ruf, jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai lebih dari 9 miliar jiwa.

Kondisi ini tidak hanya dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia, namun juga urbanisasi dan arus migrasi.

Di sisi lain, sumber daya alam semakin terbatas, berbanding terbalik dengan meningkatnya kebutuhan penduduk. Tantangan lainnya termasuk pemanasan global, tren perkembangan teknologi, dan perubahan geopolitik.

“Oleh karena itu, saya menaruh harapan besar pada Program Bangga Kencana dan Percepatan Kemundurannya, agar tercipta SDM Indonesia yang mampu menjawab berbagai tantangan tersebut.”

Untuk menghadirkan generasi penerus bangsa yang tangguh, unggul, berdaya saing, dan unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka program ini harus tanggap dan beradaptasi dengan kebutuhan sumber daya manusia.

Ma’ruf berharap program ini mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun keluarga dan masyarakat Indonesia yang sehat, terpelajar, bermoral, sejahtera dan sejahtera.

Lebih lanjut, Ma’ruf mengatakan daya saing suatu bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusianya.

Menyadari hal tersebut, pemerintah menetapkan percepatan pengentasan kemiskinan menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.

Stunting harus dihindari sejak awal di tingkat keluarga, dengan memastikan kecukupan gizi setiap anggota rumah tangga, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, akses terhadap sanitasi dan air minum, perilaku bersih dan sehat, serta perawatan yang baik.

Keluarga juga harus lebih aktif mengakses layanan kesehatan, seperti pemeriksaan rutin ibu hamil, vaksinasi, dan pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala.

Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah harus terus bersinergi untuk menjamin ketersediaan layanan kesehatan keluarga di Indonesia dengan kualitas yang semakin baik, pungkas Ma’ruf.

Categories
Kesehatan

BKKBN Sebut Ibu yang Alami Baby Blues di Indonesia Capai 57 Persen

bachkim24h.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaporkan 57 persen ibu baru di Indonesia mengalami baby blues. Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia untuk kategori “small blues”.

“57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka tersebut berarti Indonesia menjadi negara dengan peringkat tertinggi di Asia untuk risiko baby blues,” kata Nopian Andusti, Deputi Bidang Kesejahteraan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, melalui online, mengutip Antara. .

Mengingat tingginya kejadian baby blues di kalangan ibu muda di Indonesia, BKKBN berpendapat perlunya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader baby blues (BKB) mengenai situasi baby blues.

Nopian menjelaskan, baby blues terjadi karena penurunan kadar hormon tertentu yang menyebabkan perubahan emosi. Belum lagi, perubahan hidup saat menjadi seorang ibu juga berperan dalam meningkatkan risiko seseorang terkena baby blues.

Terkait hal yang sama, Psikolog Naftalia Kusumavardhani mengatakan, kondisi tidak menyenangkan saat hamil juga meningkatkan risiko baby blues.

“Proses kehamilan yang sulit bagi seorang ibu, bepergian kemana-mana selama sembilan bulan bersama anak bukanlah tugas yang mudah. Bagi para ibu yang sedang menantikan kehamilan, tentu saja masa ini merupakan masa yang menyenangkan. Namun bagi mereka yang tidak menyangka bisa hamil, pernah mengalami kesulitan, konflik dengan keluarga, dan sebagainya, maka masa kehamilan ini bisa jadi tidak menyenangkan,” kata Naftalia.

 

Gejala baby blues mungkin akan dialami ibu beberapa hari setelah melahirkan. Sedikit banyak, rasa sedih itu muncul dalam waktu 2-3 hari setelah ibu melahirkan bayinya.

Biasanya muncul dua hingga tiga hari setelah melahirkan dan sekitar dua minggu setelah melahirkan, kata psikolog klinis dewasa Nuran Abdat yang berpraktik di RS Kemang, Klinik Brawijaya, dan UMMI Bogor, di lain waktu.

Menurut Nooran, ada beberapa hal yang mungkin dirasakan para ibu saat mengalami baby blues. Pada masa ini, ibu akan mengalami gelombang perasaan yang naik turun.

“Perubahan emosi masih ada tentunya. Naik turunnya emosi cukup jelas yaitu perubahan suasana hati,” kata Nouran.

Selain suasana hati emosional, ibu mungkin juga mengalami perasaan lain. Ibarat perasaan sedih yang meluap-luap hingga membuat Anda semakin sering menangis.

“Kesedihan yang luar biasa, mudah lupa, sulit konsentrasi, sangat sensitif, sering menangis,” kata Nouran.

Selain itu, Nooran menambahkan, saat baby blues terjadi, ibu mungkin kurang tidur dan merasa cemas karena takut tidak bisa merawat bayinya dengan baik.

Nouran mengatakan baby blues sendiri merupakan awal dari kondisi lain yang disebut depresi pasca melahirkan (PPD).

Faktanya, baby blues dapat meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan. Seperti yang Anda ketahui, depresi pasca melahirkan dan baby blues merupakan dua kondisi yang berbeda. Saat ini, beberapa orang tidak menganggap keduanya adalah hal yang sama.

“Nampaknya baby blues merupakan pertanda atau kemungkinan seseorang mengalami depresi pasca melahirkan. Artinya baby blues dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya PPD pada ibu hamil dan pasca melahirkan,” kata Nouran.

Categories
Kesehatan

Cegah Stunting, Kepala BKKBN Berharap Makan Siang Gratis Juga Bisa Diberikan pada Ibu Hamil

bachkim24h.com, Jakarta – Untuk lebih efektif menekan pertumbuhan anak yang lahir dengan pertumbuhan terhambat, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. Hasto Wardoyo menyarankan agar program makan siang gratis juga menyasar ibu hamil.

Hasto berharap ada perubahan pada program yang ditujukan untuk ibu hamil.

Soal penundaan, saya harap ada perubahan, programnya termasuk makan siang gratis, tapi ibu hamil diberikan paket yang lebih baik seperti susu dan vitamin, kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo usai media briefing tahun lalu. Kota Yogyakarta, Jumat (8/3) sore, lapor Antara.

Selain itu, Hasto juga mengatakan makanan olahan boleh diberikan kepada ibu hamil, namun disarankan lebih banyak mengandung protein hewani agar lebih efektif mengurangi kembung.

“Saya kira lebih baik (makanan) ibu hamil dalam bentuk paket, kalau begitu bisa mengurangi penundaan karena menyasar ibu hamil,” ujarnya.

Menurutnya, 15 ribu rubel bisa cukup dari anggaran program makan siang gratis yang dihadirkan pemerintah, andai saja ibu hamil memberi tambahan.

“Saya kira Rp 15 ribu cukup untuk suplemen makanan, tapi kalau ditambah semua yang ada di menu utama mungkin kurang, tapi untuk suplemen makanan mungkin ibu hamil hanya butuh vitamin dan susu, Rp 15 ribu cukup untuk susu dan vitamin.” katanya.

Hasto juga mengingatkan, target penurunan backlog sebesar 14 persen pada tahun ini harus segera diwujudkan dan dilaksanakan secara serius.

“Mengapa kita harus memikirkan orang-orang dengan keterbelakangan mental? Karena jika angka keterbelakangannya tinggi maka bonus demografi tidak akan tercapai. Jika kita ingin keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah, ibu hamil tidak bisa melahirkan anak dengan keterbelakangan mental.” katanya.

Categories
Kesehatan

Judi Online Berkontribusi pada Kasus Perceraian, Kepala BKKBN: Itu Toxic Keluarga

bachkim24h.com, Jakarta Judi online disebut sebagai racun dalam keluarga oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo.

Pasalnya, perjudian yang dilakukan melalui koneksi internet dapat menimbulkan masalah dan pertengkaran antara suami dan istri. Masalah yang awalnya kecil bisa menjadi besar jika hobi judi online atau judol terus berlanjut.

“Judi online mempunyai implikasi bagi keluarga,” kata Dokter Hasto dalam acara apresiasi dan penghargaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 yang diselenggarakan pada Rabu, 26 Juni 2024 di PO Hotel, Semarang.

“Saat ini perceraian yang paling tinggi saya yakin disebabkan oleh pertengkaran dan perjudian yang berkepanjangan sehingga menimbulkan pertengkaran kecil-kecilan dalam keluarga. Karena laki-laki terus merantau, harapan besar yang tak kunjung tercapai, konflik kecil yang berkepanjangan menjadi penyebab utama perceraian, imbuhnya.

Menurut laporan statistik Indonesia, jumlah pernikahan akan tercatat sebesar 1,5 juta pada tahun 2023. Sedangkan perceraian berjumlah 516.000 orang.

Menurut Hasto, mayoritas penjudi yang berjenis kelamin laki-laki, kepala rumah tangga, dan anak laki-laki akan menjadi racun dan berbahaya bagi keluarga.

BKKBN sendiri telah melakukan pembinaan keluarga agar keluarga bisa tenteram, mandiri dan bahagia melalui Indeks Pembangunan Keluarga atau iBangga. Salah satu cara untuk membina keluarga termasuk perjudian online.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perjudian online memang telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Tak hanya laki-laki atau ibu rumah tangga, generasi muda di Indonesia juga banyak yang terjebak permasalahan ekonomi dan kriminal akibat perbuatan haram tersebut.

Menyikapi dampak negatif tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus meningkatkan upaya untuk mengurangi cakupan aktivitas perjudian online.

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan, para pemain yang kecanduan judi online berpotensi melakukan tindakan kriminal, apalagi sebagian besar dari mereka masih berusia muda.

“Menurut data, perjudian online kebanyakan dilakukan oleh generasi muda, anak-anak berusia 17 hingga 20 tahun. Ini meresahkan, karena kecanduan judi online, anak-anak tersebut bisa melakukan kejahatan, pencurian, perampokan, dan lain-lain, tanpa ada dampaknya. kegiatan sosial lainnya,” kata Budi, mengutip keterangan resmi, Jumat, 26 April 2024.

Oleh karena itu, Budi menegaskan Kementerian Komunikasi dan Informatika akan terus memberantas peredaran situs judi online di Internet.

Ia juga meminta masyarakat untuk terus melapor ke laman aduankonten.id jika menemukan situs judi online yang masih aktif agar akses dapat segera dihentikan.

“Tentu harus ada dukungan dari masyarakat, laporkan semua situs perjudian kepada kami, kemudian segera kami hapus, segera kami bersihkan,” tegasnya.

Budi menambahkan, pemberantasan perjudian online akan dilakukan melalui sinergi dan kerja sama antar kementerian dan lembaga.

Kementerian Komunikasi dan Informatika berperan dari sisi hulu yakni memutus akses konten perjudian online.

Kementerian Komunikasi dan Informatika juga telah mengeluarkan teguran kepada seluruh platform media sosial. Ini termasuk operator seluler dan penyedia layanan internet untuk tidak memfasilitasi segala bentuk promosi perjudian online.

“Semuanya kami lakukan sesuai kewenangan Cominfo,” jelas Budi.

Ia meyakinkan, seluruh jajaran pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika bertekad untuk bahu membahu memberantas perjudian online.

“Kami dari Kementerian Komunikasi dan Informatika berkomitmen penuh. Awal minggu ini saya kumpulkan seluruh tim kami di Kominfo untuk bekerja sama memberantas perjudian online,” ujarnya.

Categories
Kesehatan

BKKBN Ingatkan Pentingnya Layanan Kesehatan untuk Anak-Anak Stunting

bachkim24h.com, Jakarta – Sekretaris Jenderal Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus Rayanto mengingatkan pegawai dan mitranya akan pentingnya layanan kesehatan bagi anak kurang mampu. Jadi jangan hanya fokus melacak tingkat diskonto.

“Anak stunting tidak boleh kita abaikan,” kata Tavip dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (3/4/2024). “Jangan hanya mengejar angka defisiensi, tapi juga tidak memberikan pelayanan kesehatan bagi anak stunting.”

Hal itu disampaikan Tawip dalam Rapat Aksi Daerah (Rakerda) Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 dalam Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Program Keluarga Berencana (Rakerda) yang digelar pada Selasa (2/4/2024) di Pekanbaru, Riau. ,

Ia juga menegaskan, semua pihak harus fokus pada tujuan penyelesaian kasus stunting pada ibu hamil, anak di bawah dua tahun (baduta), dan peningkatan cakupan pos pelayanan (posyandu), karena ini merupakan program jangka pendek untuk mengurangi stunting. . Prevalensi dwarfisme.

“Tujuan jangka pendek harus fokus pada pengurangan jumlah ibu hamil, ibu dengan anak di bawah usia dua tahun dan peningkatan cakupan Posyandu. Kini, untuk tujuan menengah, program “Melihat ibu, bayi berusia satu tahun, kebersihan dan air bersih,” ujarnya.

Tawip juga mengatakan, permasalahan pendataan merupakan pekerjaan rumah bagi masing-masing provinsi. Meski demikian, ia tetap memuji daerah Riau yang berhasil mencapai penurunan angka stunting dari 17 persen pada tahun 2022 menjadi 13,6 persen pada tahun 2023.

“Kita tidak boleh berpuas diri dan kehilangan minat terhadap upaya penurunan angka stunting di negara tercinta ini,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Riau SF Haryanto mengatakan permasalahan yang menghambat Indonesia Emas 2045, yakni penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga menurunkan daya saing masyarakat.

“Masalah stunting menjadi penghambat terciptanya Indonesia Emas, karena menurunkan kapasitas intelektual dan menurunkan daya saing masyarakat Indonesia di masa depan,” ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk menurunkan stunting, namun harus bekerja sama dengan masyarakat. Selain itu, kehadiran Posyandu penting untuk memberikan informasi mengenai sasaran keluarga berisiko stunting.

“Data yang terekam tersebut penting sebagai acuan dalam perencanaan penurunan stunting agar pemerintah mengetahui terlebih dahulu apa saja yang memerlukan bantuan. Untuk itu kehadiran Posyandu menjadi penting, Disitulah kita bisa melihat mana ibu hamil dan mana anak yang diaborsi, ” dia berkata.

 

Categories
Kesehatan

BKKBN: Selain Logika, Mengatasi Konflik Keluarga Perlu Melibatkan Perasaan

bachkim24h.com, Jakarta Menyelesaikan konflik keluarga dengan logika saja itu penting. Namun, bila semuanya hanya logika tanpa perasaan, maka hal itu bisa membuat segalanya menjadi berat dan membingungkan.

“Konflik dalam keluarga memang sulit jika diselesaikan dengan logika saja, akibatnya pasti kacau, tapi harus diselesaikan juga secara emosional,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Wardoyo.

Hal itu diungkapkan Hasto setelah banyak kasus anak-anak hidup dalam keluarga yang berantakan setelah orang tuanya bercerai. Anak-anak dengan kondisi yang sama saling berbagi perasaannya tanpa ayah atau ibunya mengetahui apa yang mereka rasakan.

“Di antara keluarga yang bercerai ini, ditemukan anak-anak yang membentuk kelompok keluarga B atau keluarga terpisah yang tidak diketahui orang tuanya. Mereka berbagi perasaan satu sama lain, meskipun mereka tampak diam, (keadaan mental) mereka. ) cukup memprihatinkan,” kata Hasto.

Hasto berpendapat, mental anak yang merasa ditinggalkan orang tuanya sangat berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga harmonis. Saat itulah sebagian besar orang tua yang bercerai dimulai dengan ketidakmampuan berkomunikasi dan menyelesaikan masalah kecil.

Memang keluargalah yang akan membentuk karakter anak di masa depan. Termasuk kekuatan dan kelemahan mental anak.

“Dari keluarga ini akan lahir anak-anak yang baik dan tidak lemah, lemah bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga lemah rohani, lemah iman, lemah tingkah laku. Banyak orang tua yang pernah bercerai, ketika kami analisa 70% di antaranya: “Penyebabnya adalah masalah kecil yang saya tidak mengerti,” kata Hasto.

Hasto juga mengimbau para orang tua untuk mengomunikasikan perasaan suami istri sebelum membicarakan anaknya.

“Orang tua juga perlu belajar berkomunikasi satu sama lain. Sebagai kepala keluarga, suami harus lebih dewasa, bisa mengendalikan emosi dan istri juga harus bisa pengertian,” ujarnya.

Artinya, sejalan dengan visi BKKBN untuk mewujudkan keluarga berkualitas, kuncinya ada pada orang tua.

“Visi BKKBN salah satunya adalah mewujudkan keluarga berkualitas, kuncinya adalah orang tua yang unggul,” kata Hasto Wardoyo.