Categories
Kesehatan

Waktu Terbaik untuk Memeriksakan Gigi Anak di Bulan Puasa

bachkim24h.com, Jakarta – Memasuki bulan Ramadhan, banyak orang tua yang enggan membawa anaknya yang berpuasa untuk memeriksakan gigi.

Beberapa orang tua menduga anaknya enggan ke dokter gigi saat berpuasa. Ada juga yang meragukannya karena pengobatannya membatalkan puasa.

Dokter gigi anak Alana Aluditasari mengatakan, untuk menghindari kendala ke dokter gigi saat berpuasa, orang tua bisa memilih waktu pemeriksaan sebelum atau sesudah bulan Ramadhan.

“Tahun-tahun berikutnya sebaiknya periksakan ke dokter gigi sebelum bulan puasa. Ada karang gigi atau tidak, ada gigi berlubang atau tidak. Ini akan mengurangi risiko ke dokter gigi saat puasa.”

Jika memang darurat atau diperlukan, orang tua bisa membawa anak ke dokter gigi setelah berbuka puasa. Dengan demikian, rasa sakit dan rasa cemas saat berbuka puasa akan berkurang. 

Bisa saja membuat janji ke dokter gigi setelah berbuka puasa jika anak merasa tidak enak badan saat berpuasa, lanjut dokter yang sehari-hari bekerja di RS Pondok Indah – Puri Indah, Jakarta itu dalam obrolan dengan media Senin 18 Maret. 2024.

 

Banyak orang mengira prosedur perawatan gigi seperti penambalan, pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi membatalkan puasa. Hal ini membuat masyarakat sangat bingung dalam melakukan perawatan gigi selama bulan Ramadhan.

Tentu saja perawatan gigi tidak membatalkan puasa.

Alana menjelaskan mengapa Anda harus berusaha untuk tidak membiarkan cairan yang digunakan untuk perawatan gigi tertentu masuk ke kerongkongan, karena alat suntik akan membantu menyedot cairan keluar untuk mencegahnya tertelan.

“Memang ada adat yang tidak membatalkan puasa. Kalaupun dia puasa, dia tetap menuangkan air ke mulutnya, tapi kami masih punya alat yang disebut jarum suntik. Diterima.”

Alana menambahkan, waxing, pencabutan gigi, penambalan gigi, dan perawatan lainnya boleh dilakukan saat puasa dan tidak boleh diganggu. Namun, kita juga harus fokus pada kesejahteraan anak.

Hal ini juga telah diatur dalam Fatwa MUI nomor 250/E/MUI-KB/V/2018 tentang prosedur perawatan gigi yang menyatakan bahwa prosedur perawatan gigi tidak membatalkan puasa asalkan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu memaksa. 

Saat itu Alana mengingatkan para orang tua untuk membawa anaknya ke dokter gigi setiap 3-6 bulan sekali. 

“Kenapa ada yang bilang 3 dan ada yang bilang 6? Keputusannya terserah dokter gigi, kalau risiko kerusakan gigi tinggi karena menghisap atau suka yang manis-manis, biasanya butuh waktu 3 bulan,” kata Alana.

Jika dokter gigi melihat kondisi gigi anak baik dan kebiasaannya di rumah baik, biasanya ia disarankan untuk memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali. 

Ia juga mengingatkan agar kunjungan ke dokter gigi tidak dilakukan saat anak sedang sakit atau bermasalah pada gigi dan mulutnya. Anak sebaiknya membiasakan pergi ke dokter gigi dan melakukan hal tersebut sebagai rutinitas. 

Categories
Kesehatan

Masalah Kesehatan yang Mungkin Dialami Lansia Saat Berpuasa di Bulan Ramadhan

bachkim24h.com, Jakarta – Mereka yang tidak memiliki gangguan kesehatan serius biasanya bisa berpuasa dengan aman. Namun bagi lansia yang sedang sakit atau menderita penyakit yang memerlukan perawatan ketat, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa.

Para lansia atau orang berusia 60 tahun ke atas seringkali bingung harus berpuasa atau tidak, karena pertimbangan kesehatan dan keselamatan lebih penting. Dalam hal ini, berkonsultasi dengan ahli medis merupakan langkah bijak untuk menjamin kestabilan dan kesehatan lansia selama bulan Ramadhan.

Orang lanjut usia yang sehat dan tidak memiliki gangguan kesehatan serius boleh berpuasa. Namun bagi lansia yang menderita berat badan kurang dan penyakit kronis disarankan untuk tidak berpuasa. Lansia yang lemah dan rentan jika terus berpuasa berisiko mengalami komplikasi seperti hipoglikemia, hiperglikemia, dan penurunan metabolisme, demikian lapor Khaleej Times pada Rabu, 20 Maret 2024.

“Orang lanjut usia yang biasanya tidak sehat harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba berpuasa. Hal ini terutama penting bagi mereka yang menderita penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan tiroid,” pakar Dr. Javid Shah mengatakan kepada Khaleej Times.

Javaid menambahkan, menilai kapasitas fungsional, kognisi, kesehatan mental, dan penyakit penyerta pada lansia penderita diabetes penting dilakukan sebelum memutuskan berpuasa.

Para lansia sebaiknya banyak minum air putih dan rutin minum setelah berbuka puasa. “Dehidrasi merupakan salah satu masalah terbesar bagi lansia yang disebabkan oleh kurang minum air putih,” kata Javid.

Selain itu, jika hendak berpuasa, Javid menyarankan agar santapan puasa harus seimbang dari berbagai faktor kesehatan internal. Misalnya saja kandungan kalorinya yang rendah, mudah dicerna, dan rendah lemak. Kelebihan lemak menghambat pencernaan selain banyak masalah hati dan saraf.

Orang dewasa mungkin mengeluh sakit kepala, terutama pada beberapa hari pertama puasa, saat tubuh sedang berusaha menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan puasa.

“Kita harus membedakan antara sakit kepala yang disebabkan oleh penyakit, yang bisa terjadi karena perubahan pengobatan atau kecerobohan pasien, dan sakit kepala yang lebih sering terjadi karena puasa,” ujarnya.

Penyebab sakit kepala lain yang berhubungan dengan puasa adalah turunnya kadar gula darah akibat puasa berkepanjangan. Sakit kepala ini akan hilang ketika tubuh sudah terbiasa berpuasa, ujarnya.

Persiapan puasa bagi lansia, mengonsumsi makanan yang dimasak dengan baik menjadi penting karena memudahkan lansia dalam menelan dan mencernanya. Salad hijau membantu menyediakan vitamin, mineral, garam yang diperlukan dan juga mengandung serat.

Sahur sangat penting bagi lansia. Sahur memberikan nutrisi dan energi yang dibutuhkan tubuh serta membantu lansia menjalani puasa dalam jangka waktu lama, kata Javid.

Javaid juga menambahkan, makan sahur belakangan lebih baik dibandingkan makan sahur lebih awal karena bisa mengurangi rasa lapar dan haus. Selain itu, para ahli menyarankan untuk berjalan-jalan sebentar setelah berbuka puasa, karena dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dan mengendurkan otot.

Javid menambahkan, gangguan kesehatan bisa timbul akibat makan berlebihan, makanan tidak sehat, dan kurang tidur. Minumlah air putih yang cukup saat berpuasa dan ganti pakaian yang cukup agar terhindar dari dehidrasi,” ujarnya.

Hal terpenting yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah ketersediaan energi berupa glukosa untuk sel-sel tubuh, terutama otak dan saraf. Kurma dan jus merupakan sumber energi yang baik. Kurma merupakan sumber gula, serat, karbohidrat, potasium, dan magnesium yang sangat baik.

Javid juga menganjurkan untuk tidak merokok, karena merokok berbahaya bagi kesehatan, jadi sebaiknya dihindari. “Jika tidak bisa berhenti merokok, hentikan kebiasaan ini secara perlahan mulai beberapa minggu sebelum Ramadhan. Merokok mempengaruhi penggunaan vitamin, metabolit, dan berbagai enzim dalam tubuh.”