bachkim24h.com, Jakarta PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung, Wilmar Group terus bekerja sama dengan masyarakat lokal dalam operasionalnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Selama ini, sebagian besar karyawan perusahaan adalah perwakilan masyarakat setempat.
PT MNA Kuala Tanjung Eddie Ho menjelaskan, menggaet warga lokal merupakan langkah perusahaan berbisnis di Batubara. Tujuannya adalah untuk memastikan dampak positif dari investasi yang dilakukan di kawasan, pengembangan bersama dunia usaha dan masyarakat.
Penyerapan penduduk lokal juga berdampak positif, dan partai akan terus fokus mengembangkan potensi personel lokal.
“Masyarakat lokal merupakan salah satu bagian utama dalam aktivitas perusahaan. Kita harus berkembang bersama untuk meningkatkan peringkat perusahaan,” kata Eddie Koh dalam keterangan resmi.
Menurut dia, warga sekitar dipekerjakan di semua tingkatan dan jabatan di perusahaan. Mereka telah memberikan banyak kontribusi bagi perusahaan. Selain pengembangan bersama, talenta-talenta Batu Bara telah menjadi pemimpin di berbagai unit bisnis Wilmar di Indonesia dan luar negeri.
Langkah ini sejalan dengan tujuan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa pekerja lokal memiliki akses terhadap pekerjaan berdasarkan keterampilan, kemampuan, minat dan bakat mereka. Selain itu, menarik tenaga kerja lokal bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang mendukung dengan menyelaraskan hubungan antara masyarakat lokal dan perusahaan serta mencerminkan iklim investasi yang menguntungkan untuk menarik lebih banyak investor.
PT MNA Kuala Tanjung Pengendali Biaya Jiki Supristyo adalah contoh warga lokal yang telah melayani Grup Wilmar selama hampir 25 tahun.
Pria asal Desa Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara ini bersyukur mendapat kesempatan bekerja untuk meningkatkan keterampilannya dan mendapatkan penghasilan lebih untuk keluarganya. Ia mengaku mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi profesional sambil bekerja.
“Saya berharap PT MNA menjadi perusahaan kelas dunia dan kita juga bisa berkembang,” kata Jiki.
Begitu pula Quality Control Officer PT MNA, Bapak Muhammad Noor, berasal dari Desa Kuala Inda, Kabupaten Batu Bara dan menjadi karyawan perusahaan tersebut sejak tahun 2020. Ia bersyukur atas kesempatan untuk berkembang bersama perusahaan. “Kami berharap dapat memberikan lebih banyak kesempatan kepada karyawan kami,” kata Mohammad Noor.
PT Wilmar Padi India (WPI) tetap berkomitmen untuk bermitra dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP). Hingga Februari 2024, luas lahan koperasi petani mencapai 20.000 hektar (ha) yang meliputi 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Bekerja sama dengan petani, peningkatan luas lahan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2023 yang hanya 8.903 hektar. Hingga Februari tahun lalu, perusahaan telah menjalin kerja sama dengan 16.928 petani. Program ini dimulai pada tahun 2021, ketika lahan yang didukung hanya 617 hektar.
“Program ini dapat berjalan sukses berkat dukungan pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan produksi pertanian, dan Gabungan Organisasi Ketani (Gapoktan),” kata Kepala Bidang Operasional Persawahan PT WPI Salonto, Senin, 25 Maret 2019. . , 2024).
Dalam program ini, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama, produk pertanian berupa asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerja sama dengan pemerintah daerah yang memberikan subsidi kepada petani. Selain itu, perusahaan bekerja sama dengan perusahaan asuransi pemerintah dan swasta. Kedua, penerapan Good Agricultural Practices (GAP). Berdasarkan pengalaman di lapangan, dapat dikatakan bahwa dengan adanya dukungan dari petani, produksi gabah akan meningkat rata-rata sebesar 15%.
Salonto mengatakan, pihaknya berharap bisa memperluas kerja sama di FEP hingga 30.000 hektare pada akhir tahun ini. Kami berharap hal ini sejalan dengan rencana negara untuk meningkatkan produksi gabah di negara kami.
“Kami berusaha mengikuti pedoman pemerintah untuk meningkatkan keamanan pangan,” kata Salonto.
Ia menambahkan, WPI juga memanfaatkan produk samping untuk produk hilir yang bernilai tambah seperti dedak padi, kulit, menir, dan sekam. Produk samping ini mempunyai nilai kalori yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tepung beras sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Wilmar telah membantu 1.500 petani kecil mandiri dari lima koperasi kelapa sawit di Siak, Riau untuk mendapatkan sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Langkah ini dilakukan melalui pendekatan yurisdiksi Siak Hijau. Kami berharap kemitraan ini dapat membantu petani meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai keberlanjutan.
Green Siak Landscape merupakan kemitraan multipihak yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Siak (Pemkabu) untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Siak yang hijau dan berkelanjutan.
Salah satu prioritas kerja sama ini adalah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis kelapa sawit melalui pengembangan perkebunan berkelanjutan bagi petani mandiri. Kemitraan ini dibentuk sebagai bentuk dukungan swasta dalam implementasi kebijakan lanskap Siak Hijau, khususnya dalam mengoordinasikan program dan memperkuat sinergi.
Head of Sustainability Wilmar Indonesia, Puju Kurniawan, mengatakan pihaknya mendukung 1.500 petani mandiri yang mengelola perkebunan seluas 2.500 hektar (ha). Mereka adalah anggota dari lima koperasi pertanian independen. Dua di antaranya telah bersertifikat ISPO sejak 2019. Hingga awal tahun ini, satu koperasi masih dalam tahap persiapan dan dua lagi dalam tahap sertifikasi.
“Program tersebut akan dilaksanakan bekerja sama dengan PT Permodalan Siak (PERSI), Dinas Perkebunan dan lembaga terkait lainnya,” kata Puju pekan lalu pada Workshop Sinergi Siak Hijau: Mendukung Perkebunan Kelapa Sawit untuk Pembangunan Berkelanjutan di Lanskap Siak Hijau.
Selain di Siak, Wilmar berupaya memberdayakan petani mandiri di beberapa provinsi seperti Jambi, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Pihaknya menggandeng dan mendukung 14 kelompok petani mandiri, total 5.760 petani dan lahan pertanian seluas 12.584 hektar. Hingga saat ini, delapan kelompok tani mandiri telah berhasil memperoleh sertifikasi ISPO dengan luas lahan perkebunan mencapai 8.588 hektare yang dikelola oleh 3.525 petani mandiri.