bachkim24h.com, JAKARTA – Kelompok Konsumen Indonesia (KKI) menyoroti upaya menyembunyikan realitas bahaya BPA melalui beberapa pendapat ahli. Hal ini dinilai membingungkan konsumen untuk mengetahui fakta sebenarnya mengenai senyawa Bisphenol A (BPA), apakah berbahaya atau tidak.
“Kami melihat banyak media, baik media publik maupun media sosial, berusaha menyembunyikan kebenaran tentang bahaya BPA dalam galon polikarbonat yang dapat digunakan kembali. Misalnya, beberapa ahli mengatakan bahwa BPA dapat membingungkan konsumen,” kata Ketua KKI David Tobing di Jakarta pada Kamis (5/12/2024).
Padahal, pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mewajibkan label peringatan BPA pada galon plastik polikarbonat sekali pakai. Tak hanya itu, banyak negara juga melarang dan membatasi penggunaan BPA pada beberapa produk. Negara-negara tersebut termasuk Kanada, Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan banyak negara Asia seperti Malaysia, Tiongkok, dan Jepang.
Pendapat para ahli bahwa BPA aman sering kali diungkapkan tanpa penelitian ilmiah yang dapat dipercaya. Tentu saja fakta ini bertolak belakang dengan banyaknya artikel ilmiah dan berita yang terbit di luar negeri maupun di dalam negeri tentang bahaya BPA. Dampaknya memang menimbulkan kebingungan di masyarakat.
“Sebagai lembaga perlindungan konsumen, kami mendukung penuh BPOM demi kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya bagi anak-anak dan keluarga yang selama bertahun-tahun rutin meminum air minum dari wadah polikarbonat yang mungkin terkontaminasi BPA berbahaya,” ujarnya. Daud.
Pelepasan senyawa BPA berbahaya dari air minum sekali pakai seringkali terjadi karena proses produksi yang tidak tepat. Kemasan polikarbonat yang didistribusikan oleh produsen galon sekali pakai bermerek seringkali terkena sinar matahari langsung, padahal peraturan BPOM saat ini sudah jelas bahwa galon tidak boleh disimpan di bawah sinar matahari langsung. Akibatnya, paparan suhu tinggi pada wadah air minum polikarbonat dapat meningkatkan risiko larutnya BPA ke dalam air.
Selain suhu tinggi, masih banyak faktor risiko lain yang bisa membuat wadah polikarbonat semakin rapuh. Misalnya, banyak galon yang dimasukkan ke dalam wadah polikarbonat berlabel, kemudian dicuci dengan sabun dan digosok secara tidak benar, lalu dikembalikan ke pabrik.
Hal ini diperkuat dengan hasil Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) periode 2021-2022 yang menunjukkan kandungan kimia BPA pada galon polikarbonat di beberapa kota di Indonesia. Hasilnya, galon yang digunakan di enam wilayah ditemukan melebihi kadar BPA yang aman. Keenam wilayah tersebut adalah Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tengah.
Beragamnya informasi mengenai BPA mendorong KKI melakukan penelitian. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai topik BPA yang saat ini sedang menjadi perdebatan di masyarakat.
“Saat ini kami sedang melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Nanti akan kami publikasikan hasilnya, kata David.