Categories
Teknologi

ATVSI Bahas Potensi 5G Broadcasting, Kupas Tantangan dan Peluangnya di Industri Penyiaran

bachkim24h.com, Jakarta – ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia) baru-baru ini mengadakan Forum Bisnis ATVSI tentang Penyiaran 5G: Tantangan dan Peluang.

Menurut Wakil Direktur Jenderal I ATVSI Taufan Eko Nugroho, forum ini digelar untuk menghadapi dinamika bisnis penyiaran saat ini.

Dikatakannya, dinamika bisnis penyiaran kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai aspek, mulai dari model bisnis, regulasi, sistem hingga teknologi.

Oleh karena itu, ATVSI mengadakan forum ini untuk mengajak para pemangku kepentingan agar memperhatikan permasalahan ini.

Mengapa kami memilih topik penyiaran 5G? Karena kami juga melihat bahwa teknologi penyiaran merupakan salah satu aspek perkembangan yang paling dinamis, kata Taufan saat membuka forum di Menara SCTV di Senayan, Jakarta, Selasa (30/7/2024 ). ). ).

Typhoon mengatakan, teknologi 5G saat ini sedang diuji coba di siaran di beberapa negara seperti China, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Italia, Austria, Estonia, dan Republik Ceko.

Selain itu, beberapa negara sedang mengajukan studi kelayakan untuk menguji teknologi tersebut, yaitu India, Turki, dan Malaysia.

Untuk itu diharapkan dapat menarik perhatian para pemangku kepentingan penyiaran Indonesia, ujarnya.

 

“Kami berharap melalui ATVSI Business Forum 2024, para pengambil kebijakan dan regulator seperti DPR, Kementerian Komunikasi dan Informatika, KPI, serta pelaksana regulasi yaitu industri penyiaran dapat mengetahui perkembangan terkini. teknologi penyiaran 5G. Topan menjelaskan.

Tak hanya itu, ia berharap dengan adanya pembaruan yang dihasilkan, regulator dan industri penyiaran dapat mengambil langkah proaktif. Dengan begitu, mereka bisa merespon dengan baik penerapan 5G nantinya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyatakan bahwa pilar keempat demokrasi Indonesia, yaitu media bebas, terancam. FYI, Indonesia memiliki empat pilar demokrasi yang terdiri dari legislatif, eksekutif, yudikatif, dan kebebasan media.

“Jadi kami juga melihat hal itu sangat penting untuk diperhatikan. Jangan sampai pilar keempat demokrasi dikuasai algoritma,” ujarnya.

Ia mengatakan, peran algoritma di media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok menjadi sangat besar. Oleh karena itu, ia khawatir jika pemangku kepentingan tidak menyadari hal tersebut, algoritma dapat mengambil alih pilar keempat demokrasi.

Meski demikian, dia tak memungkiri bahwa teknologi bisa membantu mengembangkan industri penyiaran tanah air. Oleh karena itu, ke depan para pelaku industri tidak hanya akan bekerja sama dengan kolaborator di bidang yang sama, namun juga dengan pihak lain.

“Saya kira teknologi ke depan akan semakin konvergen dan terintegrasi. Kita sebagai pemain di lapangan tidak hanya bekerja sama dengan pemain di industri TV saja, tapi kita juga harus bekerja sama dengan pihak lain seperti operator,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan di bidang penyiaran.

“Mudah-mudahan kita bisa bersama-sama menjaga dan memperkuat pilar keempat demokrasi, yaitu kebebasan media,” ujarnya.