bachkim24h.com, Jakarta – PT Jalin Payment menyatakan tahun 2023 akan menjadi tahun dengan jumlah uang kartal atau uang tunai tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Jalin Payment Nusantara adalah perusahaan teknologi finansial yang mengoperasikan layanan jaringan switching LINK.
Mengutip data Bank Indonesia, Direktur Eksekutif Jalin Payments Nusantara Ario Tejo Bayu Aji menjelaskan total uang kartal atau uang tunai akan mencapai Rp 1.101 triliun pada tahun 2023.
Kebutuhan finansial masyarakat ini paling tinggi Rp 1,101 triliun pada tahun 2023 dan masyarakat mengalami peningkatan sebesar 7%, kata Ario dalam acara media di Kebon Sirih, Jakarta, Senin (25/3). /2024)
Menurutnya, angka tersebut masih dianggap uang tunai sebagai moda transaksi pilihan masyarakat di seluruh tanah air.
Hal ini terlihat dari Global Payments Report yang menunjukkan bahwa ini merupakan metode pembayaran yang paling banyak digunakan oleh 45 persen masyarakat Indonesia.
Diikuti oleh transaksi dompet digital (e-wallet) sebesar 28% dan kartu debit dan kartu kredit masing-masing sebesar 11%.
Sementara itu, Alat Pembayaran dengan Kartu (APMK) masih tumbuh sebesar 1% yoy, dengan maksimum tarik tunai naik 4% dan transaksi pembelian naik 9%.
Pada saat yang sama, transfer uang antar bank mencapai 119% dan antar bank sebesar 114%, ujarnya.
Selain uang tunai, transaksi digital juga mengalami pertumbuhan yang sangat besar. Salah satunya transaksi platform Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang tumbuh 130% yoy atau Rp. 294 triliun pada tahun 2023
Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas keuangan atau jumlah uang beredar secara luas (M2) tumbuh positif pada Februari 2024. Pada tahun hingga Februari 2024, posisi M2 tercatat sebesar Rp8.739,6 triliun atau tumbuh 5,3 persen (yoy), stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,2 persen (yoy) dan pertumbuhan uang kuasi sebesar 5,3 persen (yoy), kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono. 2024)
Erwin menjelaskan, pertumbuhan M1 terutama disebabkan oleh peningkatan devisa dari bank umum dan BPR serta simpanan rupee yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Uang beredar di masyarakat sebesar 911,7 triliun pada Februari 2024 atau tumbuh 12 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 10,3 persen (yoy) pada Januari 2024.
Dengan pangsa M1 sebesar 46,6 persen, tabungan rupiah non-disposable pada Februari 2024 tercatat sebesar Rp2.235,1 triliun atau meningkat 3,9 persen (yoy) setelah pada bulan sebelumnya naik 3,8 persen (yoy).
Giro Rupee naik sebesar 1.644,8 triliun atau 3,5 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya naik 3,6 persen (yoy).
Selanjutnya pada Februari 2024, Bank Indonesia mencatat kuasi dana M2 sebesar 44,8 persen sebesar Rp3.917,7 triliun atau 5,3 persen (yoy), setelah tumbuh 6,1 persen (yoy) pada Januari 2024.
“Setelah naik 5,8 persen (yoy) pada Januari 2024, pertumbuhan bulan laporan ditopang sebesar 5,3 persen (yoy), sedangkan giro valas sebesar 8 persen (yoy),” kata Erwin.
Di sisi lain, tabungan lainnya mengalami kontraksi sebesar 0,8 persen (yoy) setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,3 persen (yoy).
Erwin mengatakan, perkembangan M2 pada Februari 2024 terutama dipengaruhi oleh perubahan credit spread. Spread kredit meningkat 11,0 persen (yoy) pada tahun berjalan hingga Februari 2024, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan sebesar 11,5 persen pada bulan sebelumnya.
Di sisi lain, aset bersih luar negeri naik 2,3 persen (yoy) setelah naik 4,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (PEMPS) mengalami kontraksi sebesar 1,0 persen (yoy) pada Januari 2024 setelah tumbuh sebesar 1,9 persen (yoy).