JAKARTA – Para astronom menemukan banyak fitur mengejutkan dari Bintang Utara atau Polaris. Bintang ini terkenal karena selama berabad-abad telah membimbing para pelaut.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di The Astrophysical Journal, para astronom menemukan Polaris sangat indah. Selain itu, para peneliti telah menemukan bukti adanya “bintang” di atas Polaris – wilayah gelap dan dingin yang mirip dengan Matahari dan keberadaan bintang lain.
Berdasarkan laporan Studyfinds, Rabu (21/8/2024), Polaris dikenal sebagai bintang Cepheid, yaitu sejenis bintang yang terus berubah dan kecerahannya berubah. Denyut yang membuat Cepheid berubah penting untuk mengukur jarak alam semesta. Dengan memahami Polaris, para astronom dapat mengubah cara pengukuran iklim dan mendapatkan wawasan baru tentang cara kerja galaksi dan lingkungannya.
Polaris sebenarnya adalah sistem multi-bintang, dengan bintang yang lebih besar (Polaris Aa) mengorbit bintang yang lebih kecil (Polaris Ab) setiap 30 tahun. Sebuah tim yang dipimpin oleh Nancy Remage Evans dari Smithsonian Astrophysical Observatory dan rekannya telah menggunakan teleskop Polaris selama beberapa tahun.
Salah satu teknik terpenting adalah interferometri, yang menggabungkan cahaya dari beberapa teleskop untuk menghasilkan gambar yang kompleks.
Para peneliti menggunakan CHARA Array, jaringan enam teleskop di California, untuk mengamati Polaris dari tahun 2016 hingga 2021. Mereka juga menganalisis data dari Teleskop Luar Angkasa Hubble dan menggunakan teknik yang disebut interferometri spektral di Apache Point Observatory.
Dengan melacak pergerakan Polaris Ab di sekitar Polaris Aa, tim dapat menghitung massa bintang raksasa tersebut. Mereka menemukan bahwa Polaris Aa memiliki massa 5,13 kali lipat Matahari, dengan peluang hanya 5%. Ini jauh lebih besar dari yang kita duga dan menyediakan data yang dibutuhkan untuk menguji teori tentang bagaimana bintang berevolusi.