Categories
Kesehatan

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19, Pakar Sebut Efek Samping Langka TTS Belum Tunjukkan Penambahan

bachkim24h.com, Jakarta Perusahaan vaksin AstraZeneca menarik produknya di seluruh dunia. Penarikan ini dilakukan setelah adanya diskusi mengenai efek samping dari penggumpalan darah yang jarang terjadi.

Namun AstraZeneca tidak menyebut trombositopenia menjadi alasan penarikan obat COVID-19 yang mereka kembangkan.

Terkait efek samping vaksin AstraZeneca, ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan hingga Mei 2024, pihaknya belum melihat adanya lagi kasus trombosis dan trombositopenia (TTS).

“Kalau soal kasus TTS, sampai Mei ini saya belum mendapatkan kasus atau sudah tidak punya lagi. Jadi yang sering ditanyakan adalah kasus lama,” kata Dicky kepada Health bachkim24h.com melalui pesan suara, Jumat (10/5/2024).

Sedangkan masyarakat penerima vaksin AstraZeneca ditawarkan pada pertengahan atau akhir tahun 2023.

“Kalau bicara risiko efek TTS, tentu kalau itu terjadi, ada risikonya. TTS itu ada dua jenis, ada yang ringan dan ada yang berat.”

Risiko TTS biasanya kecil atau ringan, sementara ada beberapa kasus penerima vaksin yang mengalami gejala penggumpalan darah yang parah.

“Banyak orang yang mengalami gejala ringan dan sedang, mereka mungkin tidak menyadari bahwa gejalanya bisa hilang atau hilang.” Jika TTS sudah parah, bisa berakibat fatal karena terjadi emboli (penyumbatan) di paru atau jantung, yang jika tidak segera berakibat kematian. – cari tahu,” jelas Dicky.

Sebelumnya, Dicky menjelaskan, TTS merupakan suatu kondisi langka yang terjadi pasca vaksinasi COVID-19, terutama setelah mendapat vaksin AstraZeneca.

“Ini namanya kondisi khusus, artinya tidak semua orang akan seperti itu, tapi hanya sedikit dan jumlahnya sangat kecil. TTS terjadi ketika ada penggumpalan darah dan -buruk, dengan penurunan jumlah trombosit atau yang namanya trombositopenia,” jelas Dicky.

Jarangnya trombositopenia ditunjukkan dengan angkanya yang hanya 8,1 kasus per juta penerima vaksin. Saat ini, angka kematian akibat efek langka tersebut sangat jarang terjadi, yakni 1 dari sejuta orang.

“Risiko setelah menerima obat pertama AstraZeneca, risiko terjadinya TTS adalah 8,1 kasus per juta orang yang menerima vaksin, jadi sangat rendah.”

“Nah, setelah tahap kedua, (kasusnya) turun menjadi 2,3 kasus per juta orang yang menerima vaksin.” Jadi (risikonya) berkurang, jangan khawatir,” kata Dicky.

Secara sains, trombositopenia dapat terjadi akibat reaksi imun terhadap antibodi. Hal ini terjadi ketika penerima vaksin AstraZeneca membuat antibodi yang menyerang trombosit, dan memicu pembekuan darah tidak normal.

Kabar baiknya adalah pengobatan trombositopenia semakin membaik sehingga jumlah kematian akibat efek ini dapat dihindari.

“Kalau bicara pengobatan, tentu kalau ada efek samping yang harus dilakukan pertama-tama adalah segera ke dokter. Dicky bilang, harus ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Ia menjelaskan, efek samping TTS muncul setidaknya satu bulan setelah penyuntikan. Oleh karena itu, jika gejala muncul setelah satu bulan, maka efek ini tidak banyak berpengaruh pada vaksin.

Terkait penarikan vaksin AstraZeneca di seluruh dunia, pihak perusahaan menyebut hal itu disebabkan oleh penurunan permintaan obat COVID-19 bernama Vaxzevria.

Vaksin yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford ini menjadi salah satu vaksin utama melawan COVID-19 di seluruh dunia. Lebih dari 3 miliar dosis telah diberikan sejak pertama kali diberikan di Inggris pada 4 Januari 2021.

Sayangnya, vaksin tersebut belum menghasilkan pendapatan bagi AstraZeneca sejak April 2023, kata perusahaan tersebut.

AstraZeneca mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Meskipun berbagai jenis vaksin untuk melawan COVID-19 sedang dikembangkan, terdapat keuntungan jika tersedia vaksin baru.” kata CNN, Jumat (10/5/2024).

Oleh karena itu, AstraZeneca memutuskan untuk mulai mencabut izin edar Vaxzevria di Eropa.

Categories
Lifestyle

Masyarakat Diminta Tak Khawatir Pernah Divaksin AstraZeneca, Begini Penjelasan Kemenkes

JAKARTA – Vaksin AstraZeneca bisa menyebabkan TTS atau trombosis disertai trombositopenia atau pendarahan. Penerima vaksin AstraZeneca takut melihatnya.

Direktur Kantor Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan, masyarakat Indonesia yang menerima vaksin AstraZeneca pada masa pandemi beberapa tahun lalu tidak perlu khawatir.

Saya sampaikan masyarakat tidak perlu khawatir karena Komnas KIPI belum menerima informasi mengenai TTS atau transfusi darah dari vaksin AstraZeneca di Indonesia, kata Siti Nadia saat ditemui di Hotel Moritz, Senin. (6/5/2024).

Mengenai efek vaksin AstraZeneca, Siti Nadia menjelaskan, waktu penyuntikan dan efek vaksin adalah empat hingga 42 hari dan enam bulan setelah penyuntikan terakhir.

Dengan kata lain, jika seseorang sudah mendapat vaksin AstraZeneca lebih dari enam bulan dan memiliki darah, maka itu tidak ada hubungannya dengan vaksin tersebut.

Jadi kalau sudah divaksin enam bulan atau lebih dan keluar darah, pasti bukan karena vaksin Covid-19 AstraZeneca, ujarnya.

Sementara itu, pemerintah dalam hal ini BPOM bersama Kementerian Kesehatan dan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) terus memantau keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia dan menindaklanjuti setiap kasus KIPI.

BPOM menghimbau masyarakat untuk melaporkan reaksi merugikan setelah penggunaan vaksin pada program imunisasi petugas kesehatan sebagai bagian dari program pengawasan obat, kata BPOM dalam keterangannya.