bachkim24h.com, Jakarta – Badan riset Seqara Communications, Reasense, melakukan survei singkat untuk mengetahui preferensi masyarakat Indonesia terhadap smartphone dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) alias AI.
Melakukan lebih dari 100 tanggapan yang mewakili konsumen di beberapa kota di Indonesia – komunitas pengguna smartphone Android – hasil survei menunjukkan bahwa Samsung (29,00%) dan Google Pixel (27,50%) dinilai sebagai smartphone dan versi AI jauh lebih baik.
Diikuti oleh Apple (20,30%) dan Oppo (18,80%). Studi ini juga menemukan bahwa 18,80% konsumen bersedia membayar lebih untuk smartphone AI kelas atas.
Namun, 66,70% responden mengatakan mereka masih akan membayar lebih, tergantung pada fitur AI yang ditawarkan di smartphone.
Analis Pasar Smartphone dan Konsultan Senior SEQARA Communications, Aryo Meidianto A menjelaskan, penelitian ini menunjukkan konsumen Indonesia sangat menyadari potensi teknologi AI pada smartphone.
“Mereka menginginkan smartphone yang dapat membantu banyak tugas sehari-hari, seperti meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi, dan mempersonalisasi pengalaman pengguna,” kata Aryo dalam laporannya, Kamis (18/7/2024).
Meskipun penelitian ini memberikan gambaran awal, namun penelitian ini menunjukkan potensi besar pemasaran AI seluler di Indonesia.
Dengan berkembangnya teknologi AI dan meningkatnya pendidikan masyarakat, kami berharap adopsi ponsel AI akan menyebar dalam beberapa tahun ke depan.
Di sisi lain, Samsung memperkenalkan penyempurnaan Galaxy AI dengan peluncuran Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip6. Salah satunya adalah kemampuan membuat gambar, Sketch to Image.
Dengan Sketch to Image, pengguna dapat menggambar objek atau apapun dari foto yang tersimpan di Galeri. Nantinya, dengan satu klik sederhana pada ikon Galaxy AI, gambar tersebut diubah menjadi foto.
Jadi, bagaimana Samsung memastikan bahwa pengguna tidak menggunakan fitur Galaxy AI mereka untuk tujuan yang tidak pantas atau eksploitatif?
EVP dan Head of Smartphone S/W Engineering Group MX Jisun Park mengatakan, saat membuat sebuah fitur, Samsung terlebih dahulu mencoba memahami perilaku pengguna, kebutuhannya, dan kebutuhannya.
“Kami yakin (Sketch to Image) ini akan disukai pengguna dan memenuhi kebutuhannya, berdasarkan observasi ini kami mengajukan ide (Sketch to Image),” kata Park, dalam sesi wawancara Tekno bachkim24h.com saat meluncurkan aplikasi tersebut. Galaksi. Z Fold6 dan Galaxy Z Flip 6 di Paris, Prancis terakhir kali.
Park mengatakan, usulan fitur AI yang dapat dikembangkan sedang dibahas dengan mitra pengembangan AI Samsung.
Jadi, kedua tim bersama-sama merancang AI, bagaimana mengurangi penundaan atau mengurangi penundaan. Dengan cara ini, Samsung dan mitranya dapat memastikan bahwa kualitas komponen dikembangkan sesuai kebutuhan.
Diakui Park, saat mengembangkan fitur Sketsa ke Gambar, ada kekhawatiran akan pembuatan jenis konten yang salah.
“Kami bekerja sama dengan Google (mitra AI Samsung) untuk memastikan adanya filter keamanan. Ini adalah salah satu aspek terpenting dari Galaxy AI, karena kami ingin memastikan bahwa Galaxy AI bertanggung jawab atas AI,” kata Park.
Menurutnya, Samsung dan Google menggunakan filter perlindungan hak cipta sehingga penggunaan Sketch in Image dapat bertanggung jawab.
Dalam hal keamanan Galaxy AI, satu hal yang dilakukan Samsung adalah memutuskan fitur AI mana yang ada di perangkat dan disimpan di cloud.
Park menjelaskan, AI mesin mencakup fitur-fitur yang berkaitan dengan komunikasi. Menurutnya, karena tersimpan di perangkat, Samsung dan mitranya memastikan informasi pengguna tetap ada di perangkat, dan tidak keluar dari perangkat.
“Itu salah satu cara kami menunjukkan AI yang bertanggung jawab. Cara lainnya adalah dengan membuat atau membuat gambar. Kami memberi tanda air pada foto yang dihasilkan AI dan tanda air pada metadata,” ujarnya.
Dia menekankan bahwa filter keamanan, tanda air, dan fungsi AI di dalamnya merupakan contoh inovasi untuk memastikan bahwa pengguna tidak dapat membuat konten yang tidak pantas dengan tetap menjaga privasi pengguna.