SUMEDANG – 30 warga Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat bersiap mengikuti lomba pemilahan sampah menjadi organik, anorganik, dan sampah beracun dan berbahaya (B3) di sekitar tempat pembuangan sampah. .
Turnamen pemilahan sampah ini merupakan salah satu rangkaian inisiatif pengabdian masyarakat yang digagas oleh Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) bekerja sama dengan Crapco Indonesia.
Kompetisi ini juga bertujuan untuk menampilkan konsep tempat pemilahan sampah kebutuhan pokok yang dapat dipertukarkan, sebuah inovasi yang ditawarkan oleh Crapco Indonesia.
Program pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dikarenakan keadaan sampah yang menumpuk dan tidak dikelola dengan baik.
“Jika tidak dibakar, sampahnya akan tertinggal atau dikirim ke TPA Cibereum yang kapasitasnya sangat rendah,” kata Dr Sri Hartati, ketua bidang pengabdian masyarakat sekaligus dosen SBM ITB, dalam keterangan resminya, Sabtu (22). /6/2024) Warga pun setuju.
“Sekarang banyak sekali penginapan dan tempat makan, kadang kita bingung mau membuang sampahnya di mana,” kata Euis Daliawati dari Kader Posyandu RW 13 Desa Sayang.
Pengabdian masyarakat diawali dengan pelatihan pemilahan sampah bagi pekerja PKK dan pekerja Posyandu di desa Sayang. Pelatihan dilaksanakan di Kantor Desa Sayang dan dihadiri oleh Camat Jatinangor, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sumedang, Pembina Crapco Indonesia dan rombongan dosen SBM ITB.
Pada acara ini, peserta diberikan informasi tentang peran masyarakat dalam pengelolaan sampah, ekonomi sampah dan inovasi di Crapco Indonesia.
Segala jenis sampah bisa diubah menjadi produk yang bermanfaat. Sampah organik dapat diolah menjadi makanan cacing dan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi produk jadi seperti kerajinan tangan atau batu bata.
“Crapco Indonesia memberikan nilai ekonomi kepada warga yang memilah sampah berupa kesempatan berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan harga murah di aplikasi Crapco,” ujar Muhammad Hafish, pendiri Crapco Indonesia.
Pada bulan Juni-Oktober 2024, tim dosen SBM ITB akan melanjutkan kunjungan dan evaluasi pekerja PKK di desa Sayang dan pekerja Posyandu dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk masyarakat yang mampu menangani sampah rumah tangga secara mandiri.