bachkim24h.com, Jakarta Ekonom dan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi dan Sosial, Pendidikan dan Penerangan (LP3ES) Fahmi Wibawa mengatakan, salah satu tugas utama pemerintah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming adalah membatasi impor. . kata Fahmi dalam diskusi tantangan ekonomi politik pemerintahan baru. : Kami menyambut Kabinet Prabowo-Gibran, Minggu (28 Juli 2024).
Alasannya karena Indonesia ingin kembali menjadi negara produsen dan tidak terus menjadi negara konsumen.
Alasannya karena Indonesia kaya dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah sehingga harus dikelola dan diproduksi oleh negara ini dan tidak boleh dieksploitasi oleh negara lain.
“Mengapa demikian karena kita ingin terus kembali pada visi menjadi bangsa kreatif dan bukan sekedar bangsa konsumtif,” ujarnya. Pentingnya pembatasan impor
Menurut dia, pembatasan impor sangat penting. Sebab jika Indonesia bergantung pada impor untuk memenuhi segala kebutuhannya, maka pola pikir Indonesia sebagai produsen akan menurun.
“Hal ini sangat penting agar mental kita tidak hanya sekedar mentalitas jalan pintas saja, karena jika kita mengambil jalan pintas maka kita tidak akan mempunyai sumber daya yang cukup untuk mengoptimalkan bahan baku atau bahan mentah yang kita miliki, kalau kita tidur, pasti akan banyak,” katanya. berbicara.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor Indonesia pada Juni 2024 mencapai 18,45 miliar USD. Capaian tersebut mengalami penurunan sebesar 4,89% dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara spesifik, impor migas tercatat sebesar 3,27 miliar USD, turun 19,01% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,75 miliar USD. Sementara impor nonmigas tercatat sebesar 15,18 miliar USD, turun 8,83% dibandingkan Mei 2024 sebesar 16,65 miliar USD.
Penurunan nilai impor bulanan pada periode yang sama disebabkan oleh penurunan nilai impor nonmigas yang memberikan kontribusi penurunan sebesar 7,58%. Secara year-on-year, nilai impor pada Juni 2024 mengalami peningkatan sebesar 7,58%, dengan nilai impor migas dan nonmigas masing-masing meningkat sebesar 47,17% dan 1,69%.
Peningkatan impor migas yang cukup tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai impor minyak mentah dan nilai impor produk minyak. Amalia memimpin pengembangan impor berdasarkan penggunaan.
Meski terjadi penurunan impor, Fahmi menilai Indonesia sebaiknya mengelola sumber daya alam atau bahan bakunya di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan melakukan impor.
“Bahwa kita punya banyak bahan baku dan sumber daya alam tapi dimanfaatkan orang lain sehingga kita hanya jadi penonton,” tutupnya.