Categories
Bisnis

Perusahaan China Beri Kebebasan Staf ‘Cuti Tidak Bahagia’ selama 10 Hari

JAKARTA – Dalam upaya memprioritaskan kesejahteraan karyawan dan mendorong keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan yang sehat, sebuah perusahaan ritel di Tiongkok meluncurkan inisiatif tidak biasa yang diberi nama ‘Unhappy Leave’.

Menurut laporan dari South China Morning Post, Yu Donglai, visioner di balik Pang Dong Lai, sebuah jaringan ritel besar yang berbasis di provinsi Henan, Tiongkok, telah meluncurkan kebijakan yang memungkinkan karyawannya mengambil cuti kerja hingga 10 hari jika diperlukan. diperlukan. memberikan kebebasan Dikutip pada Kamis (25/4/2024).

Yu Donglai menyatakan komitmennya untuk memberikan otonomi kepada setiap staf untuk mengatur waktu mereka.

“Saya ingin setiap anggota staf memiliki kebebasan,” katanya, menekankan pentingnya mengenali dan mengatasi masa-masa depresi. “Semua orang pernah tidak bahagia, jadi jika kamu tidak bahagia, jangan masuk kerja,” kata Yu tulus.

Inti dari teori Yu adalah keyakinan bahwa karyawan harus diberdayakan untuk memprioritaskan kesehatan mental dan emosional mereka. Membiarkan karyawan mengatur waktu luangnya sendiri berarti menumbuhkan lingkungan kerja yang kondusif bagi produktivitas dan kepuasan pribadi.

Berdasarkan rencana inovatif ini, manajemen dilarang menolak permohonan izin atas dasar ini. Pendekatan progresif ini mencerminkan komitmen AS untuk mengembangkan budaya tempat kerja yang peduli dan penuh kasih sayang.

Salam di jejaring sosial

Pengumuman mengenai “cuti yang tidak menyenangkan” ini menuai pujian luas di platform media sosial, dan banyak yang memuji Yu sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap kesejahteraan karyawan. Beberapa pengikut bahkan menyatakan niatnya untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan Yu untuk mencapai hasil yang lebih baik. Keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai kecemasan di tempat kerja di Tiongkok, di mana survei terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 65% pekerja mengalami kelelahan atau ketidakpuasan di tempat kerja. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini antara lain upah rendah, dinamika antarpribadi yang kompleks, dan normalisasi jam kerja yang panjang.

Advokasi U terhadap pendekatan kerja yang lebih manusiawi lebih dari sekedar inisiatif “liburan yang tidak menyenangkan”. Kebijakan ketenagakerjaannya memprioritaskan kesejahteraan karyawan, termasuk tujuh jam kerja, liburan akhir pekan, dan tunjangan cuti tahunan yang berlimpah.

Ketika kebijakan ketenagakerjaan Amerika yang progresif mulai diterapkan, kebijakan tersebut menjadi secercah harapan bagi mereka yang mencari pengalaman kerja yang lebih seimbang dan memuaskan. Dengan menantang norma-norma tradisional dan memprioritaskan kebahagiaan karyawan, Yu Donglai mengubah lanskap budaya di tempat kerja modern.