Categories
Kesehatan

PDD, Sindrom Ketika Pria Merasa Punya Organ Intim Kecil

bachkim24h.com, Jakarta – Ukuran aurat kerap menjadi isu sensitif bagi sebagian pria. Jadi wajar jika terjadi kasus kecil sindrom penis atau penis dysmorphic disorder (PDD).

Orang dengan sindrom penis kecil atau PDD tidak memiliki penis. Sebaliknya, mereka lebih mementingkan ukuran anggotanya.

Memiliki penis kecil bukanlah diagnosis medis. Jarang, penis berukuran sangat kecil sehingga dapat mengganggu aktivitas seksual, dan dokter menyebutnya sebagai mikropenis. Orang dengan mikropenis memiliki ukuran penis sekitar 2,5 standar deviasi lebih kecil dari rata-rata penis.

PDD merupakan salah satu bentuk body dysmorphic disorder (BDD), yaitu kelainan yang mengubah persepsi seseorang terhadap tubuhnya. BDD dapat menyebabkan seseorang sangat mengkhawatirkan penampilannya.

Orang yang menderita sindrom penis kecil merasa malu dan khawatir dengan ukuran penisnya. Mereka mungkin salah mengira bahwa mereka memiliki mikropenis, padahal penis mereka berukuran besar. Jumlah rata-rata kuda

Perkiraan ukuran penis rata-rata bervariasi. Banyak orang yang percaya bahwa rata-rata panjang pria adalah 6 inci, padahal hal ini salah dan menyesatkan, justru bisa menimbulkan kecemasan bagi mereka yang khawatir memiliki penis kecil.

Sebuah studi tahun 2014 terhadap data 15.521 pria menemukan hal berikut tentang ukuran penis: Rata-rata penis yang ereksi adalah 9,16 sentimeter (cm), atau panjang 3,61 inci. Rata-rata anak kuda yang berdiri memiliki tinggi 13,12 cm (5,17 inci). Jarang ada kuda yang lebih tinggi dari 6 inci atau normal, sedangkan tinggi kuda berada di persentil ke-90.

Dilaporkan dari Medical News Today, penelitian lain mencoba mengukur apa yang disebut mikropenis. Sebuah studi tahun 2014 mendefinisikan mikropenis sebagai organ yang panjangnya kurang dari 7 sentimeter (sekitar 2,75 inci) atau sempit dan memanjang.

Selain itu, penelitian terhadap lebih dari 52.000 pria dan wanita menemukan bahwa 85 persen wanita merasa puas dengan ukuran penis suaminya. Sebagai perbandingan, hanya 55 persen pria yang puas dengan ukuran penisnya.

Seringkali orang khawatir penisnya mungkin tidak cukup besar, terutama ketika mereka merasa tertekan oleh media dan melihat penis besar di film porno.

Namun, pria dengan sindrom penis kecil lebih memperhatikan ukuran penis.

Gejala lain dari sindrom penis kecil atau PDD meliputi: terus-menerus membandingkan ukuran penis mereka sendiri dengan ukuran penis orang lain, termasuk orang-orang di media yang meyakini bahwa penis berukuran sangat kecil, meskipun ada bukti yang menyatakan kebalikan dari persepsi negatif terhadap penis. ukuran penis. Seringkali mementingkan ukuran penis, merasa malu atau malu dengan pertumbuhan penis, kesulitan berhubungan seks dengan pasangan karena kekhawatiran akan pertumbuhan penis mengurangi aktivitas seksual, termasuk ereksi atau orgasme.

Beberapa orang dengan sindrom penis kecil memiliki gejala BDD lainnya. Hal ini dapat mencakup: keasyikan dengan penampilan, perilaku berulang atau kompulsif terkait penampilan, seperti mengenakan atau membeli pakaian, keasyikan kronis dengan penampilan, depresi, atau kecemasan terhadap penampilan.

Meskipun sindrom penis kecil dan BDD mungkin tampak serupa, ada perbedaan penting. Sindrom penis kecil bukanlah diagnosis medis, meskipun dokter mungkin mendiagnosis seseorang menderita BDD.

Bagi orang-orang dengan kekhawatiran ringan hingga sedang tentang ukuran penis, mencari data rata-rata ukuran penis atau bertanya kepada dokter apa yang dimaksud dengan mikropenis dapat membantu.

Jika seseorang khawatir dengan seksualitasnya, ia dapat merasakan kenyamanan dan keamanan serta dukungan dari pasangannya. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang aktif secara seksual merasa puas dengan ukuran penis prianya.

Terapi dapat membantu pria dengan BDD atau kecemasan terhadap ukuran penis. Pilihan pengobatan lainnya meliputi: Terapi perilaku kognitif (CBT): Jenis terapi ini membantu orang memahami bagaimana pikiran memengaruhi perasaan dan perilakunya serta dapat membantu mereka menemukan cara untuk mengurangi kecemasan. Pahami dan atasi pemicunya. Bagi sebagian orang, faktor lain—seperti pornografi atau masalah hubungan—dapat menyebabkan kecemasan terhadap ukuran penis. Beberapa orang dapat mengurangi gejala dengan mengetahui penyebabnya dan berupaya menanganinya. Terapi seks atau konseling pasangan. Jika kecemasan mengenai ukuran penis memengaruhi suatu hubungan atau kemampuan seseorang untuk berhubungan seks, terapi dapat membantu pasangan bekerja sama untuk mengatasi kecemasan.