Categories
Lifestyle

Muhammad Bin Salman Al-Saud yang Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata

bachkim24h.com, Jakarta Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman Al-Saud baru-baru ini menyatakan bahwa perdamaian antara Arab Saudi dan Israel semakin mendekati kenyataan. Pengumuman ini merupakan langkah penting dalam hubungan diplomatik yang tegang di Timur Tengah. Optimisme Pangeran Mohammed mencerminkan perubahan mendasar dalam pendekatan politik Arab Saudi terhadap Israel.

Upaya perdamaian ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk perubahan geopolitik dan kepentingan ekonomi bersama kedua negara. Muhammad Bin Salman menekankan pentingnya dialog dan kerja sama untuk menjamin stabilitas di kawasan. Dengan adanya potensi normalisasi hubungan, Arab Saudi dan Israel diperkirakan akan membuka babak baru dalam sejarah hubungan internasional keduanya.

Namun, tantangan serius masih tetap ada, terutama dari pihak yang menentang normalisasi hubungan. Namun pernyataan optimis Muhammad Bin Salman memberikan harapan baru bagi perdamaian yang telah lama diimpikan. Dunia kini menunggu langkah konkrit selanjutnya yang akan diambil kedua negara untuk mewujudkan perdamaian tersebut.

Berikut ulasan Muhammad Bin Salman Al-Saud yang dimuat di bachkim24h.com yang menyebutkan perdamaian antara Arab Saudi dan Israel sudah di depan mata, dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (11/6/2024).

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), menyatakan bahwa negaranya semakin dekat dengan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Dalam wawancara dengan Fox News, dikutip Reuters, Kamis (11/06/2024), MBS mengatakan: “Setiap hari kami semakin dekat,” ketika ditanya tentang kemungkinan dibukanya kesepakatan hubungan diplomatik dengan Israel, untuk menjelaskan .

Wawancara tersebut dilakukan di tengah upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menjalin hubungan bersejarah antara dua kekuatan regional yang merupakan sekutu terpenting Washington di Timur Tengah.

Pembicaraan mengenai normalisasi hubungan adalah bagian dari negosiasi kompleks yang juga mencakup diskusi mengenai jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan bantuan nuklir sipil yang diinginkan Riyadh. Selain itu, pembicaraan tersebut juga mencakup kemungkinan konsesi Israel terhadap Palestina.

“Bagi kami, masalah Palestina sangat penting. Kita harus menyelesaikan bagian ini,” kata MBS, penguasa de facto Arab Saudi, ketika ditanya apa yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan normalisasi.

“Kami juga memiliki strategi negosiasi yang baik sejauh ini,” tambahnya, menekankan pentingnya menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat.

MBS juga menyatakan keprihatinannya mengenai potensi Iran untuk memperoleh senjata nuklir, masalah kepentingan bersama antara Arab Saudi dan Israel, serta upaya AS untuk membatasi pengaruh Teheran.

“Itu adalah langkah yang buruk,” katanya. “Jika kamu menggunakannya, kamu harus melakukan pertempuran besar melawan seluruh dunia.”

Ketika ditanya apa yang akan terjadi jika Iran benar-benar mendapatkan bom nuklir, MBS menekankan, “Jika mereka mendapatkannya, kita harus mendapatkannya,” menunjukkan sikap tegas dan hati-hati dalam menghadapi potensi ancaman di kawasan.

Muhammad bin Salman Al-Saud, lebih dikenal sebagai MBS, adalah putra mahkota Arab Saudi dan penguasa de facto negara tersebut. Nama lengkap Muhammad bin Salman Al-Saud adalah Muhammad bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman Alu Saud. Lahir pada 31 Agustus 1985, MBS merupakan putra Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan istri ketiganya, Fahda binti Falah bin Sultan bin Hathleen. . Dia adalah tokoh yang sangat berpengaruh di Arab Saudi dan dikenal karena visi ambisiusnya mengenai modernisasi dan reformasi di kerajaan tersebut. 1. Latar belakang dan pendidikan

MBS lahir di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, dan merupakan anak ketujuh Raja Salman. Ia memperoleh gelar sarjana hukum dari King Saud University dan lulus kedua di kelasnya. Selain pendidikan formal, MBS juga menerima pelatihan ekstensif dan pengalaman praktis dalam berbagai aspek administrasi publik dan bisnis, mempersiapkannya untuk peran kepemimpinan di masa depan. 2. Karir politik dan pemerintahan

Karier politik MBS dimulai saat ia menjadi penasihat khusus ayahnya yang saat itu menjabat Gubernur Riyadh. Ketika Raja Salman naik takhta pada Januari 2015, MBS diangkat menjadi menteri pertahanan, menjadikannya menteri termuda di dunia pada saat itu. Selain menjabat sebagai Menteri Pertahanan Nasional, MBS juga ditunjuk sebagai Ketua Dewan Ekonomi dan Pembangunan yang bertanggung jawab atas kebijakan perekonomian negara.

Pada bulan April 2016, MBS meluncurkan “Visi 2030”, sebuah rencana ambisius untuk mendiversifikasi perekonomian Arab Saudi yang sangat bergantung pada minyak. Visi 2030 mencakup reformasi sosial dan ekonomi secara luas, termasuk pengembangan sektor non-minyak, pengurangan subsidi, peningkatan investasi asing, dan peningkatan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. 3. Reformasi dan kontroversi

Sebagai bagian dari Visi 2030, MBS melakukan sejumlah reformasi sosial yang penting, termasuk: mengizinkan perempuan mengemudi, membuka kembali bioskop, dan membatasi kewenangan polisi moral. Reformasi ini mendapat pujian di dalam dan luar negeri, namun kebijakan dan gaya kepemimpinan MBS juga menimbulkan kontroversi.

Salah satu isu paling kontroversial adalah keterlibatannya dalam perang di Yaman yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius. Selain itu, MBS juga mendapat sorotan tajam atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun 2018, yang menuai kecaman internasional dan mencoreng citra Arab Saudi di dunia. 4. Dampak dan masa depan

Meskipun banyak tantangan dan kritik, MBS tetap menjadi tokoh sentral dalam upaya modernisasi dan transformasi Arab Saudi. Kebijakan dan visinya yang berani untuk masa depan Arab Saudi mengubah dinamika politik dan ekonomi di wilayah tersebut. Dengan dukungan kuat dari ayahnya, Raja Salman, dan posisi putra mahkota, MBS diperkirakan akan terus memainkan peran kunci dalam menentukan arah masa depan negara.

Mohammed bin Salman adalah sosok yang kompleks, dipuji karena visinya yang progresif dan reformis, namun juga dikritik karena kebijakan dan tindakannya yang kontroversial. Di bawah kepemimpinannya, Arab Saudi berada di persimpangan jalan, dengan tantangan besar, namun juga peluang besar untuk transformasi dan kemajuan.