JAIPURA – Sebanyak 6.000 anak wajib sekolah putus sekolah di Kabupaten Jayapura, Papua. Ada ribuan anak SD dan SMP yang tidak bersekolah karena tidak mempunyai biaya, sehingga perlu perhatian semua pihak terutama pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah ini.
Berdasarkan informasi yang diterima Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bapeda, terdapat sekitar 6.000 anak putus sekolah di wilayah Kabupaten Jayapura mulai dari tingkat SD hingga SMP. Kami sudah menerima surat resmi mengenai informasi angka putus sekolah tersebut, namun lebih dari 6.000 anak putus sekolah. Kalau benar, dengan mengambil informasi dan memverifikasi temuan Disdukcapil Dukapil ke Dinas Pendidikan Akan kami tindaklanjuti,” kata Kepala Bapeda Kabupaten Jayapura Parson Horota di kantornya, Senin, 28 Agustus 2023.
Ia mengatakan, sebaiknya Dinas Pendidikan Negeri Jayapura turun ke masyarakat untuk melakukan pendataan agar bisa diolah oleh pemerintah untuk melihat datanya dengan baik, karena informasi yang diberikan PMK lengkap dengan alamat kementerian.
“Jadi yang harus dilakukan adalah verifikasi teman-teman di instansi terkait, jangan sampai pindah, tapi datanya masih di Kabupaten Jayapura, siapa tahu dengan memperbanyak penduduk usia sekolah, mereka akan melakukan hal yang sama. katanya.
Menurut dia, penduduk usia putus sekolah tersebar merata di 19 kecamatan di Kabupaten Jayapura. Oleh karena itu, dinas pendidikan diminta untuk mengumpulkan kembali data dari kota dan kabupaten untuk melaporkan data yang dikumpulkan ke kantor Perdana Menteri.
Menurut Parsons, jika dilakukan pendataan maka akan dapat diketahui sebab atau penyebab masyarakat usia sekolah putus sekolah karena tidak mempunyai cukup biaya untuk melanjutkan pendidikan. Persepsi orang tua untuk menyekolahkan anaknya meskipun mempunyai biaya atau jarak lembaga pendidikan yang terlalu jauh.
“Dengan melakukan verifikasi kita bisa mengetahui kenapa mereka putus sekolah, apakah karena tidak ada biaya, karena tidak ada fasilitas pendidikan atau akses pendidikan jauh, ada guru atau tidak, kota tempat sekolah itu dibangun. Kita benar-benar perlu mengetahui hal ini untuk memenangkan hati siswa,” kata Parsons.
Selain itu, kata dia, siswa di daerah terpencil sulit bersekolah karena jauh dari sekolah.
“Kemudian orang tua tidak menyekolahkan karena biaya sekolah yang mahal sekali. Kalau masalahnya SPP, pemerintah bisa bebaskan SPP, SPP. Kalau kita ambil datanya, kita tidak. Kita tarik pemerintah ke dalam sudut, tapi kita perlu berpikir lebih banyak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Parsons, tingginya angka putus sekolah menjadi beban dan tantangan bagi pemerintah di Kabupaten Jayapura untuk mengatasi permasalahan kembalinya siswa putus sekolah untuk melanjutkan studinya.
“Ini menjadi permasalahan kita semua karena jika tidak diperbaiki maka peningkatan pendidikan untuk mendorong pembangunan di bidang pendidikan akan menjadi beban daerah,” ujarnya.
Oleh karena itu, Parsons mengatakan agar dinas pendidikan segera mengumpulkan informasi untuk menekan angka putus sekolah di Kabupaten Jayapura. Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini. Menariknya, anak ini dijemput oleh hewan peliharaannya setiap pulang sekolah. Itu disebarkan di media sosial. Ketika anak-anak pulang sekolah, orang tua sering menghitungnya. Namun ada pula yang mengandalkan babysitter untuk menjemput anaknya dari sekolah bachkim24h.com.co.id 27 November 2024