bachkim24h.com, JAKARTA – Pertumbuhan abnormal pada kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak disebut tumor hipofisis. Kelenjar ini berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang mempengaruhi banyak fungsi tubuh, mulai dari pertumbuhan hingga metabolisme.
Di rumah sakit Siloam Lippo Village Karawaci, ahli bedah saraf Julius July berkata: “Tumor ini bisa jinak atau ganas, tetapi pada kebanyakan orang, tumor ini adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian tubuh lain.” .
Ia menjelaskan, faktor yang berkontribusi terhadap berkembangnya tumor hipofisis adalah usia dan jenis kelamin. Tumor ini paling sering terjadi pada orang dewasa berusia antara 30 dan 50 tahun, yang merupakan usia yang paling terkena dampaknya.
“Ada faktor hormonal yang berperan meningkatkan risiko pada usia ini. Selain itu, wanita lebih rentan terkena tumor hipofisis dibandingkan pria,” ujarnya.
Ia mengatakan meskipun penyakit ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, perbedaan efek hormon mungkin berperan dalam perkembangan tumor. Memahami risiko ini dapat membantu diagnosis dan pengobatan yang lebih baik.
Julius mengatakan, gejala penderita tumor hipofisis bervariasi tergantung ukuran dan lokasi tumor. Salah satu gejala yang paling umum adalah gangguan penglihatan, terutama kebutaan perifer, yang disebabkan oleh tekanan tumor pada saraf optik.
“Sakit kepala juga merupakan masalah umum dan merupakan gejala pertama yang dialami pasien,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, pasien juga sering melaporkan adanya perubahan hormonal yang dapat menimbulkan gejala seperti menstruasi tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan. Keseimbangan hormonal dalam tubuh dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan.
Misalnya, terlalu banyak hormon pertumbuhan dapat menyebabkan akromegali, dan kekurangan hormon tertentu dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh seperti metabolisme dan pertumbuhan.
Dokter spesialis THT RS Siloam Lippo Village Karawaci Michael menjelaskan tumor hipofisis umum terjadi dan mencakup 10-15 persen dari seluruh tumor otak. Meskipun penyakit ini dapat menyerang pria dan wanita, namun insiden tertinggi terjadi pada wanita, terutama lansia.
“Mengetahui penyakit ini dapat membantu diagnosis dini dan pengobatan yang lebih baik,” kata Michael.
Ia menjelaskan, pengobatan tumor hipofisis dapat dilakukan dengan pembedahan dan pembedahan. Pembedahan seringkali diperlukan untuk mengangkat tumor, terutama jika tumor tersebut menyebabkan gejala yang parah atau berpotensi menjadi ganas.
“Pilihan non-bedah seperti terapi hormon dan radiasi juga dapat dipertimbangkan, tergantung pada kondisi pasien dan sifat tumornya,” jelasnya.
Salah satu inovasi terbaru dalam pengobatan tumor hipofisis adalah EETS (Endoscopic Endonasal Transphenoidal Surgery), yaitu pembedahan sangat invasif yang dilakukan melalui hidung dan sinus. Metode ini memudahkan pencarian tumor dengan risiko lebih kecil dan waktu pemulihan lebih cepat.
“Metode ini meminimalkan kerusakan pada jaringan di sekitarnya dan seringkali memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien,” jelas Michael.
Pada prosedur EETS, dokter spesialis THT bertanggung jawab merencanakan prosedur melalui hidung dan sinus serta membantu memvisualisasikan tumor. Kolaborasi antara ahli bedah saraf dan THT sangat penting untuk mencapai proses ini, karena tumor dapat diangkat dengan dampak minimal terhadap pasien.
EETS memiliki banyak keunggulan dibandingkan bedah konvensional. Salah satu keuntungan utama adalah risiko rendah. Dengan prosedur invasif minimal ini, kecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada jaringan di sekitar tumor, sehingga juga mengurangi komplikasi setelah operasi.
Selain itu, waktu pemulihan pasien juga lebih cepat sehingga dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu lebih singkat. Nyeri pasca operasi juga umumnya lebih sedikit dibandingkan biasanya.