Categories
Teknologi

Mengapa Sekelas Pusat Data Nasional bisa Bobol Diserang Ransomware?

JAKARTA – Pakar keamanan siber Alphonse Tanujaya menyoroti serangan ransomware Branchiper di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 dan menuntut uang tebusan dalam jumlah besar sebesar Rp131,3 miliar untuk memulihkan data terenkripsi.

“Acara ini unik. Sebab, data center sekelas PDN yang mengelola ribuan mesin virtual (VM) bisa terkena ransomware, ujarnya.

Dia mengatakan akan menakutkan jika data berhasil dipulihkan oleh penyerang. “Jika data berhasil dipulihkan, berarti ransomware mungkin sudah lama berada di sistem. Butuh beberapa hari untuk menyalin data server. Itu perlu kita tanyakan dan evaluasi. “Bagaimana bisa, pihak manajemen bisa dibiarkan begitu saja,” ujarnya.

Alphons menilai pemerintah harus mengevaluasi pilihan vendor agar kejadian serupa tidak terulang kembali. “Jika memungkinkan, Cominfo bisa menjadi pengontrol murni.” Jangan berpartisipasi dalam aksi tersebut. “Karena wasit tidak boleh menjadi pemain,” ujarnya.

Alphonse juga menyerukan agar pengelolaan data dialihdayakan ke pihak yang kompeten, seperti penyedia cloud lokal. “Misalnya Biznet, CBN atau yang lainnya dari asosiasi manajemen cloud,” ujarnya.

Menurut Alphonse, jika terjadi sesuatu, pengelola cloud dapat menghadapi tanggung jawab finansial atau hukum.

“Jika ada konsekuensi seperti itu, pengelola cloud PDN tidak akan ceroboh seperti saat ini. “Betapa buruknya pemulihan bencana dan kelangsungan bisnis,” jelas Alphonse.