bachkim24h.com, Jakarta Menciptakan pola makan bergizi untuk mencegah tato bisa dilakukan dari sumber makanan lokal. Tak harus mahal dan sulit dicari, pangan lokal Indonesia dinilai paling bergizi. Hal itu terungkap pada kuliah Intusi Rasa yang digelar Ikatan Gastronomi Indonesia (IGC).
Badan Pangan Nasional (BAPANAS) menjelaskan potensi pangan Indonesia mulai dari buah-buahan hingga protein cukup tinggi.
Kemudian setiap daerah memvariasikan sumber daya alamnya sesuai dengan persediaan pangannya. Oleh karena itu, menyediakan makanan bergizi di meja makan bisa dikatakan tidak harus mahal.
“Bapanas mengedepankan pangan lokal agar masyarakat setempat bisa memanfaatkan pangan lokal. Misalnya jagung di NTT atau sagu di Papua,” kata Reena Siyawal, Direktur Diversifikasi Konsumsi Pangan, Bapanas.
Sementara itu, Ketua Umum ICC Riya Musiawan mengatakan, pihaknya telah menetapkan Hari Gizi Nasional di awal tahun IGC sebagai salah satu misi EGCC untuk mendukung masyarakat.
“Berpartisipasi dalam upaya mengakhiri obesitas dengan menyoroti pentingnya nutrisi dan hidrasi dari makanan tradisional untuk mencegah tato yang diluncurkan pada tahun 2022, IGC
Selain itu, IGC telah melakukan kampanye dan edukasi pangan lokal untuk mencegah kekurangan pangan di beberapa kota, termasuk beberapa kota. Jakarta, Serang, Kapuas, dan Pulang Pisau diharapkan berkontribusi memperlambat laju penurunan di Indonesia.
Selain itu, Menteri Kesehatan periode 2014-2019, Profesor Nila F. Moloch lebih menekankan pada rasa gizi yang terlihat, yaitu makan dengan hati-hati, sesuai dengan kapasitas lambung, dan dengan rasa syukur. Apa yang ditemukan.
“Hal ini penting karena sumber daya alam terbatas dan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama dengan makan sesuai kapasitas masing-masing individu,” ujarnya.
Ia juga berpesan agar anak-anak tidak terbiasa dengan gula dan garam. Jadi saya telah menggunakan makanan beraroma alami sejak kecil.
Hal ini sejalan dengan konsep mindful feeding, dimana mereka belajar sejak dini tentang rasa alami suatu makanan, menikmati setiap makanan dengan penuh kesadaran, makan dengan santai dan selalu mensyukuri apa yang diberikan. meja.
Menurut seniman Marcela Zalianti yang turut serta dalam acara tersebut, rasa adalah sesuatu yang dinikmati setiap hari untuk menikmati cita rasa suatu makanan.
Jadi makanlah untuk perasaan yang benar, bukan sekedar untuk mengenyangkan perut tapi untuk mengembangkan kemampuan emosional kita, kata Marcela.
Awalnya dia mengira kalau anak senang saat makan lalu kenyang, itu sudah cukup. Sejak pertama kali diperkenalkan rasa makanan atau jajanan khas Indonesia, caranya sudah salah dan sudah diperbaiki.
“Awalnya saya pikir enak sampai anak-anak senang makan,” tambah ibu dua anak ini.
Kegiatan pertama IGC tahun ini “New Year Gathering” merupakan kegiatan tahunan untuk membangun ikatan antar keluarga IGC, mendekatkan satu sama lain dan memilih restoran dengan nilai-nilai legendaris.