bachkim24h.com, Jakarta – Kambing merupakan salah satu hewan yang biasa dijadikan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha. Namun sebagian masyarakat muslim kerap menghindari makan daging kambing saat Idul Adha karena takut meningkatkan tekanan darah.
Benarkah daging kambing menyebabkan hipertensi? Ahli gizi klinis Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) dr Anta Kern Nugrohowati menjelaskan, daging kambing sebenarnya tidak secara langsung menyebabkan tekanan darah naik. Pasalnya, daging kambing memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit dibandingkan daging sapi atau domba.
Menurut dr Anna, setiap 100 gram daging kambing mengandung sekitar 3 gram lemak. Bandingkan dengan daging sapi yang mengandung 15 gram lemak per 100 gramnya, dan daging domba yang mengandung 21 gram lemak.
“Jadi ternyata kandungan lemak pada daging kambing bahkan lebih rendah dibandingkan daging jenis lain yang biasa dikurbankan saat Idul Adha,” kata dr Annta dalam diskusi online yang ditayangkan di kanal YouTube Roeman. RS Muhammadiyah, dikutip Minggu (16 Juni 2024).
Dr Annta menjelaskan, penyebab meningkatnya tekanan darah pada daging kambing karena proses pemasakan yang salah. Daging kambing seringkali diolah menjadi ratusan, yang terlebih dahulu dikukus dengan bumbu tertentu seperti kecap, garam, ketumbar dan bawang merah/bawang putih.
Saat proses pemanggangannya, Sate Kambing juga sering ditaburi bumbu marinasi lagi agar rasanya semakin nikmat. Menurut dr Anna, proses memasak ini bisa meningkatkan tekanan darah.
“Garam dan kecap mengandung natrium. Dan biasanya saat mengasapi saati, bumbunya ditambahkan berkali-kali, minimal dua kali. , padahal penderita tekanan darah tinggi khususnya sebaiknya mengurangi asupan natrium,” kata dr Annta.
Selain satai, pengolahan daging kambing menjadi gulai juga bisa meningkatkan tekanan darah dalam tubuh. Dr Annta mengatakan, gulai kambing biasanya dimasak dengan santan dan proses memasaknya cukup lama. Hal ini membuat kari kambing tinggi lemak jenuhnya.
Benar sekali, meski lemak daging kambing paling rendah, namun pilihan cara memasaknya kemudian menimbulkan perubahan yang justru tidak bermanfaat bagi kesehatan, kata dr Annta.