bachkim24h.com, JAKARTA — Lubang hitam diukur berdasarkan massa, bukan ukurannya. Inilah sebabnya mengapa lubang hitam sangat padat.
Seperti dilansir Digital Trends, Jumat (19/4/2024), lubang hitam biasanya hadir dalam dua ukuran, yakni besar dan sangat besar. Para astronom menyebut kedua kelompok lubang hitam bermassa bintang (sama dengan massa Matahari) dan lubang hitam supermasif.
Pertanyaan yang masih muncul dalam astrofisika adalah mengapa hampir tidak ada lubang hitam bermassa menengah. Lubang hitam bermassa bintang paling terkenal di galaksi kita berukuran sekitar 20 kali massa Matahari. Namun baru-baru ini, para astronom menemukan lubang hitam dengan massa bintang yang sangat besar yaitu 33 kali massa Matahari.
Penemuan baru ini bukan hanya lubang hitam terbesar yang pernah ditemukan di galaksi kita, tetapi juga sangat dekat dengan kita. Terletak hanya 2.000 tahun cahaya jauhnya, ini adalah salah satu lubang hitam terdekat dengan Bumi.
“Tidak ada yang menduga ada lubang hitam besar yang mengintai, yang belum terdeteksi,” kata Pasquale Panuzzo, peneliti utama di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS). pernyataan “Ini adalah jenis penemuan yang Anda buat sekali dalam kehidupan penelitian Anda.”
Lubang hitam monster itu ditemukan menggunakan data dari Gaia, sebuah teleskop luar angkasa yang mengumpulkan sejumlah besar data untuk membuat peta 3D Bima Sakti. Astronot mampu mendeteksi lubang hitam tersebut meski tidak bisa melihatnya secara langsung karena merupakan bagian dari pasangan biner, dan menyebabkan orbit bintang pendampingnya bergoyang.
Untuk menguji hasilnya, tim menggunakan lebih banyak data dari teleskop berbasis darat seperti Very Large Telescope, yang memiliki instrumen spektrograf, yang mereka gunakan untuk mempelajari bintang pendampingnya.
Ketika dua bintang membentuk bintang biner, keduanya terbuat dari bahan yang sama. Oleh karena itu, dengan mempelajari komposisi bintang pendampingnya, peneliti dapat menentukan jenis bintang apa sebelum mencapai akhir masa hidupnya dan runtuh ke dalam lubang hitam.
Mereka menemukan bahwa galaksi ini memiliki sedikit unsur berat, yang oleh para astronom disebut logam. Hal ini cocok dengan hasil lubang hitam bintang masif lainnya yang telah terdeteksi di galaksi lain.
Meskipun data Gaia biasanya dirilis dalam jumlah besar setiap beberapa tahun, dengan rilis data berikutnya dijadwalkan pada tahun 2025, para peneliti memilih untuk membagikan data ini dengan cepat untuk membantu kelompok lain memahami lubang hitam masif yang dapat dicari ini.
Lubang hitam ini diharapkan dapat dipelajari lebih mendalam dengan instrumen seperti Very Large Telescope untuk mengetahui apakah lubang hitam tersebut aktif memakan material di sekitarnya. Penelitian ini akan dipublikasikan di jurnal Astronomy & Astrophysics.