Kisah Liam Davies patut menjadi inspirasi bagi banyak orang. Petinju berusia 27 tahun itu mencapai puncak karirnya sebagai petinju profesional.
Dari bekerja serabutan sebagai pelayan di bar milik ayah hingga menjadi pemulung sambil berolahraga. Semua ini dilakukan untuk mengubah kehidupan keluarganya.
Seperti kata banyak orang, kerja keras tidak akan membuahkan hasil. Itulah yang dirasakan Davis sekarang. Seluruh perjalanan hidupnya perlahan membuahkan hasil.
Petinju kelahiran Telford ini mewujudkan impian masa kecilnya dengan mengalahkan Eric Robles Ayala untuk merebut gelar kelas bantam super IBO yang kosong. Davis memperpanjang rekor tak terkalahkannya menjadi 16 pertarungan (8 KO).
“Saya tahu banyak yang harus saya lakukan, dan saya memperkirakan malam yang lebih berat daripada yang pernah saya alami dan saya siap menghadapi malam terberat dalam karier saya untuk mencapai apa yang ingin saya lakukan. Dan seperti yang saya katakan, Saya akan mempersiapkan diri dengan berjuang keras untuk berada di posisi ini, saya memiliki masa depan finansial untuk istri dan anak-anak saya, jadi saya tidak bisa mengatakan itu adalah tekanan, itu membuat saya lapar dan menyemangati semua orang di kamp dan saya merasa. seperti malam itu,” kata Davis, menurut DailyStar.
Davis menggambarkan jalan sulit menuju kesuksesan di ring tinju yang membuatnya melakukan banyak pekerjaan di ruang tamu ayahnya sebelum pindah ke gudang setelah pandemi COVID-19. “Jadi sebelum Covid, saya dulu bekerja di bar ayah saya dan itu tidak menjadi masalah karena saya tidak menghasilkan banyak uang, tapi ketika saya ingin libur, ayah saya biasa bertinju,” kenangnya.
“Jadi, kemudian Covid datang, dan saya mulai pergi ke depo MOD di Donnington pada jam 12 untuk menyegarkan gudang. Dan saya ada di sana dan itu membuka mata saya tentang apa yang ingin saya jadikan tujuan utama saya. .”
Davis kemudian menjadi pengelola sampah selama beberapa tahun dan mengatakan dia menikmati pekerjaan yang dia lakukan. Karena dia bisa terus berjalan.