Categories
Kesehatan

Kasus COVID Indonesia Naik, Kemenkes: COVID-19 Tidak Sepenuhnya Hilang, Perkuat Prokes

bachkim24h.com, Jakarta Indonesia mencatat 26 kasus kasus COVID dengan 1.811 orang dites selama pekan 19 – 25 Mei 2024. Sedangkan dalam sepekan terakhir yakni periode 12-18 Mei 2024, kasus konfirmasi terkonfirmasi sebanyak 19 orang dengan total 2.474 orang. Mengutip data Laporan Mingguan Nasional COVID-19 Kementerian Kesehatan RI.

Terkait peningkatan jumlah kasus Covid-19, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kimia) Mihemed Suharil kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Termasuk penerapan Praktik Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“COVID-19 belum sepenuhnya hilang meski kini sudah menjadi pandemi. Masih ada kemungkinan munculnya strain atau strain baru yang akan menyebabkan peningkatan kasus, bahkan kematian,” kata Muhammad Suharil.

Untuk mencegah penyebaran kasus COVID-19, ia mengingatkan kita untuk tetap mengikuti protokol kesehatan, seperti mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker saat sakit, termasuk saat berada di keramaian. Vaksinasi booster lengkap

Sohail juga mengimbau masyarakat segera menyelesaikan vaksinasi COVID-19. Terutama pada kelompok rentan.

Upaya pencegahan dan pencegahannya masih sama, yaitu segera melakukan vaksinasi lengkap dan penguatan COVID-19, terutama bagi lansia dan penderita penyakit penyerta, kata Soharil, antara.

 

Seseorang yang juga General Manager RS ​​Fatimuti mengatakan, jika merasa sakit sebaiknya segera ke puskesmas.

“Jika merasa sakit bisa segera ke fasilitas kesehatan terdekat, memakai masker dan menghindari kontak dengan banyak orang,” ujarnya.

Bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan dari atau ke wilayah tersebut, harus mengikuti protokol kesehatan yang berlaku di tempat tujuan.

Berdasarkan data Global Influenza Data Sharing Initiative (GISAID) yang dikumpulkan oleh ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, proyeksi penyebaran COVID-19 di negara-negara ASEAN pada tahun 2023-2024 didominasi oleh JN.1.

Selain itu, terjadi peningkatan di Singapura untuk KP.1 dan KP.2.

 

Terkait hal ini, ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, COVID-19 sub versi JN.1 dan turunannya KP.1 dan KP.2 tidak menimbulkan gejala yang lebih parah. Namun, hal ini berpotensi membahayakan perlindungan vaksin.

“Efektivitasnya meningkat, cepat, mudah tertular. Kalau tidak, kalau tidak divaksin, bisa berakibat fatal, juga menimpa orang sakit atau orang lanjut usia bahkan anak-anak. Efektif,” ujarnya.

Dampak COVID-19 saat ini tidak akut, kata Dickey, namun mungkin memiliki dampak jangka panjang seperti komplikasi pada kelompok masyarakat rentan.