Categories
Sains

Inilah Otak Purba Berusia 12.00 Tahun Terakhir yang Ditemukan

LONDON – Otak manusia kita sama rapuhnya dengan tahu. Meskipun fakta ini menjijikkan, namun penemuan sampel otak berusia ribuan tahun yang diawetkan secara alami menjadi semakin menarik.

Sempat dianggap sangat langka, penelitian baru menantang anggapan bahwa otak tidak bisa dilestarikan dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menemukan sejumlah besar otak manusia yang terawetkan, terkadang organ berpikir kaku ini menjadi satu-satunya jaringan lunak yang tersisa di rongga tengkorak, sedangkan bagian tubuh lainnya telah menjadi kerangka.

Sebuah tim yang dipimpin oleh kandidat PhD NERC Alexandra Morton-Hayward dari Merton College, Departemen Ilmu Bumi, Universitas Oxford, telah berhasil mengumpulkan lebih dari 4.000 otak manusia yang diawetkan ke dalam arsip global.

Otak-otak ini berasal dari enam benua, yang sebagian besar berusia sekitar 12.000 tahun. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari penjelajah Arktik, biksu Eropa, hingga anggota keluarga kerajaan di Mesir dan Korea.

Yang paling menarik adalah bagian dari lebih dari 1.300 otak yang membentuk satu-satunya jaringan lunak yang tersisa di antara sisa-sisa kerangka. Benda-benda aneh ini dapat ditemukan di kuburan air, bangkai kapal, dan kolam air hangat.

Menurut Morton-Hayward, penemuan jaringan lunak apa pun di area ini sungguh mengejutkan. Namun, di sinilah letak otak kuno ini.

Otak kuno ini juga merupakan yang tertua dalam arsip, beberapa berasal dari zaman es terakhir. Penjelasan mengenai pelestariannya mungkin karena faktor lingkungan atau keunikan biokimia otak itu sendiri. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas hal ini.

Untuk saat ini, penemuan ini mungkin menjadi pengingat bahwa inilah saatnya untuk mulai mempelajari tubuh manusia, dan sisa-sisa pembusukan kita, dengan cara yang tidak terlalu biner.

“Sebelum mempelajari antropologi forensik, saya bekerja sebagai wirausaha selama bertahun-tahun. Dan satu hal yang saya pelajari adalah bahwa sama seperti kita semua berbeda dalam hidup, kita juga terpecah secara berbeda dalam kematian,” kata Morton-Hayward kepada IFLScience.

“Ada pola-pola mapan yang dapat kita amati (misalnya, jaringan yang mengalami biomineralisasi seperti tulang dan gigi hampir pasti akan bertahan lebih lama), namun pembusukan dapat mengejutkan kita.”

Penemuan ini membuka kemungkinan baru untuk mempelajari evolusi otak manusia, penyakit neurodegeneratif, dan bahkan ritual penguburan di masa lalu.