Categories
Hiburan

Doom Spending, Gaya Hidup Konsumtif yang Bisa Timbulkan ‘Malapetaka’ Finansial

bachkim24h.com, JAKARTA — Konsep sampah mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, meski fenomena tersebut semakin umum terjadi, terutama di kalangan generasi muda. Binge shopping mengacu pada perilaku belanja impulsif, berlebihan dan tidak terkendali sebagai respons terhadap stres atau kecemasan. Fenomena ini dapat berakibat buruk jika tidak segera diatasi dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi muda saat ini, yang didominasi oleh generasi Millenial dan Generasi Z, sangat rentan terhadap praktik kegagalan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belanja berlebihan tersebut, antara lain:

1. Pengaruh media sosial

Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube kerap menampilkan gaya hidup mewah dan konsumeris. Fenomena ini dapat menimbulkan tekanan pada generasi muda untuk meniru gaya hidup ini, meskipun mereka mungkin tidak mampu secara finansial untuk melakukannya.

2. Keinginan untuk menghilangkan stres

Banyak anak muda yang menjadikan belanja sebagai pelarian untuk mengatasi stres atau tekanan hidup lainnya. Memanjakan diri dengan hal-hal baru dianggap sebagai cara menghilangkan rasa cemas, meski hanya sementara.

3. Belanja online sederhana

Penyebaran platform e-commerce dan belanja online juga menjadi faktor penting. Dengan berbagai promosi harian, diskon besar-besaran, dan pembayaran yang mudah, sangat mudah bagi seseorang untuk terjerumus dalam kesalahan.

Pengaruh buruk dari pengeluaran yang buruk

Tidak dapat dipungkiri bahwa sampah mempunyai sejumlah dampak negatif, terutama dalam jangka panjang. Beberapa akibat negatif yang dapat terjadi antara lain:

1. Masalah keuangan

Jika kebiasaan buruk belanja ini tidak segera dihentikan, dapat menimbulkan masalah keuangan yang serius. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan bertambahnya hutang, berkurangnya tabungan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok.

2. Masalah psikologis

Di balik kepuasan langsung dari pembelian impulsif, sering kali terdapat perasaan penyesalan, rasa bersalah, dan bahkan kecemasan yang meningkat setelah melihat situasi keuangan memburuk.

3. Kehidupan sosial yang terganggu

Hubungan dengan keluarga dan teman dapat terganggu oleh kebiasaan belanja yang buruk, terutama jika perilaku tersebut menyebabkan masalah keuangan atau menyebabkan individu menjadi lebih pendiam dan antisosial.

Cara mengatasi belanja bencana

Mengatasi kegagalan membutuhkan kesadaran dan upaya yang konsisten. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk melawan kebiasaan negatif ini:

1. Buat anggaran keuangan

Membuat anggaran keuangan dan menaatinya adalah langkah pertama yang penting. Dengan anggaran, Anda dapat mengatur pengeluaran dan memastikan uang dialokasikan dengan bijak.

2. Batasi penggunaan kartu kredit

Kartu kredit seringkali menjadi alat terbaik untuk membuang sampah. Pertimbangkan untuk menggunakan uang tunai atau kartu debit untuk lebih mengontrol pengeluaran Anda.

3. Prioritaskan

Buatlah daftar prioritas dan kebutuhan. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

4. Carilah alternatif untuk menghilangkan stres

Temukan cara sehat untuk mengelola stres, seperti berolahraga, meditasi, atau menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.

5. Pendidikan keuangan

Menambah pengetahuan tentang pengelolaan keuangan melalui berbagai sumber dapat membantu mengambil keputusan keuangan yang lebih bijak.

*Artikel ini dibuat oleh AI dan diverifikasi oleh editor.