bachkim24h.com, JAKARTA – Psikiater RS Fatmawati, dr. Ika Sri Nurtantri mengatakan, kesehatan mental seseorang dapat mempengaruhi proses pengobatan kanker. Sebab jika kondisi mental menurun maka daya tahan tubuh juga akan menurun.
“Pada saat yang sama, seseorang yang mengidap penyakit kanker harus memiliki alat perlindungan di dalam tubuhnya untuk melawan penyakit kanker. Jika imunitasnya berkurang pasti akan mempengaruhi proses pengobatan kankernya,” kata Ika dalam wawancara yang diberikan Kementerian. . Kesehatan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, setiap pasien kanker memiliki kondisi mental. Jika kondisi kesehatannya sangat serius sehingga mengganggu fungsi atau aktivitas normal, diperlukan perawatan profesional.
Menurut WHO, kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang mengetahui kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup secara normal, bekerja secara produktif dan memberikan kontribusi kepada masyarakatnya.
Ia menjelaskan, para penyintas kanker bisa saja mengalami gangguan kesehatan mental akibat trauma dan ketakutan atas pengalaman pengobatan. Mereka takut kankernya datang kembali dan kemudian harus melalui proses terapi, padahal proses terapi kanker tidak mudah. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker.
Ia mengatakan, ada beberapa tahapan ketika seseorang mengetahui dirinya mengidap kanker. Yang pertama adalah denial atau penyangkalan karena menganggap dirinya tidak boleh sakit karena pola hidupnya benar dan sehat.
Lalu ada fase tawar-menawar atau negosiasi di mana mereka berusaha menyembuhkan diri dan memperbaiki gaya hidup. Ika pada tahap diskusi mengatakan, terkadang ada yang memenuhi harapan kesembuhan, ada juga yang tidak.
Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang diharapkan, misalnya setelah sekian lama menjalani terapi tetapi tidak ada hasil, mereka menjadi marah, atau yang disebut fase marah. Di sini pasien mulai menyalahkan orang lain, seperti dokter, lingkungannya, dll. Semakin lama hal ini berlangsung, semakin besar kemungkinan kankernya bertambah parah, katanya.
“Tapi setelah melewati tahap-tahap itu, akhirnya dia mulai bisa menerima, dia mulai bisa menerima. Biasanya lebih lama, selesai, tidak seburuk yang dia kira, dia tetap merasa baik-baik saja, meski dia mengidap kanker,” dia dikatakan.
Menurutnya, yang terpenting adalah memahami proses penyembuhan dengan baik dan memandangnya secara positif. Proses penyembuhan juga harus diatasi dengan kemauan berjuang.
Misalnya saja, kata dia, saat pasien dalam keadaan sehat, ia sangat sibuk sehingga tidak sempat berkumpul dengan keluarganya. Namun, ketika kamu sakit, kamu bisa bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarga.
Selain itu, kata Ika, melatih aktivitas spiritual juga penting. Ia yakin dengan membangun hubungan dengan alam semesta, pasien akan memiliki keinginan hidup yang lebih besar. Menurut dokter, keajaiban terkadang datang dari kontak dengan alam semesta.
“Jadi kami yakin itu akan mungkin. Justru akan ada orang yang mampu bertahan menghadapi segala kesulitan dalam hidupnya,” ujarnya.
Keluarga dan orang-orang di sekitar mereka dapat meningkatkan kesehatan mental pasien dan penyintas kanker, katanya, dengan memberikan mereka kasih sayang dan dukungan sehingga mereka dapat melakukan apapun yang mereka suka. Ia yakin hal ini akan membuat pasien atau penyintas tetap positif dan produktif.