Categories
Kesehatan

DBD di Indonesia Mengganas, Vaksinasi Jadi Senjata Bagi Dunia Melawan Demam Berdarah Dengue

bachkim24h.com, Jakarta – Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi ancaman kesehatan global yang serius, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2023, jumlah kasus demam berdarah akan mencapai rekor tertinggi dan akan mempengaruhi lebih dari 80 negara. Indonesia juga mengalami peningkatan kasus, dengan 131.501 kasus dan 799 kematian dilaporkan pada minggu ke-23 tahun 2024.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr Imran Pambudi mengatakan, diperlukan pendekatan inovatif untuk mengatasi tantangan demam berdarah yang semakin meningkat.

Selain gerakan 3M Plus, teknologi nyamuk G1R1J dan Wolbachia, Kementerian Kesehatan RI berkomitmen memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk swasta, dan menerapkan pendekatan inovatif seperti vaksinasi.

Imran menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektoral dalam pencegahan demam berdarah. Selain partisipasi aktif masyarakat, kunci keberhasilan penerapan strategi pencegahan yang efektif adalah sinergi antara otoritas pusat dan daerah, dan terutama peran kunci otoritas daerah.

 

DBD juga menjadi ancaman serius bagi anak-anak di Indonesia. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta, prof. Rismala Devi SpA(K), menekankan pentingnya vaksinasi demam berdarah pada anak usia enam hingga 18 tahun sebagai upaya pencegahan terpadu dan komprehensif.

Vaksinasi ini tidak hanya memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan, namun juga menurunkan risiko kematian akibat demam berdarah.

Sementara itu, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K) menjelaskan, demam berdarah bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia.

Anak-anak dan orang dewasa muda adalah kelompok yang paling terkena dampaknya, dan anak-anak memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.  

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur berhasil melaksanakan program vaksinasi demam berdarah di Balikpapan dengan cakupan hampir 99 persen. Keberhasilan tersebut mendorong Balai Kesehatan Kalimantan Timur melanjutkan program di Samarinda, dengan sasaran kelompok 2.750 anak.

Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, Dr. William S. Tjeng SpA(K) menjelaskan alasan utama dilaksanakannya program ini adalah masih tingginya kasus penyakit demam berdarah di Kalimantan Timur.

Vaksin demam berdarah terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan diharapkan dapat menurunkan jumlah kasus demam berdarah yang berfluktuasi di Indonesia.

PT Takeda Innovative Medicines melalui CEO-nya Andreas Gutknecht menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pencegahan dan pengendalian demam berdarah di Indonesia.

Pada acara Dengue Summit di Indonesia, Takeda berkolaborasi dengan IDAI JAIA untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani demam berdarah dan memberikan informasi yang dapat dipercaya kepada masyarakat.

Takeda berkomitmen untuk memerangi demam berdarah melalui pendekatan komprehensif, termasuk memastikan akses terhadap vaksin inovatif, mendukung pendidikan petugas kesehatan, dan bekerja sama dengan sektor publik untuk mencapai tujuan “nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030”.

Masih adanya miskonsepsi mengenai penyakit demam berdarah di masyarakat. Banyak orang mengira demam berdarah tidak berbahaya dan percaya bahwa mereka akan kebal setelah terinfeksi.

Virus dengue sebenarnya terdiri dari empat serotipe, dan infeksi ulang dengan serotipe lain dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah atau bahkan kematian.

Oleh karena itu Sri menekankan pentingnya pencegahan DBD secara terpadu, termasuk pengendalian vektor dan vaksinasi.

Vaksinasi DBD direkomendasikan oleh IDAI, PAPDI dan PERDOKI dan tercantum dalam dokumen IDAI UKK Penanggulangan Infeksi dan Penyakit Tropis DBD 2023.

WHO juga telah mengeluarkan rekomendasi mengenai pengenalan vaksinasi demam berdarah ke dalam program vaksinasi nasional untuk negara atau wilayah dengan prevalensi demam berdarah tinggi.