Categories
Sains

Catat! Ini Daerah di Indonesia yang masih Banyak Harimau

JAKARTA – Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan luas sekitar 1.913.578,68 kilometer persegi (km²) dan perairan 6.653.341.439 km². Luas wilayah Indonesia adalah 8.566.920.119 km².

Di antara banyaknya pulau dan luasnya wilayah yang ditempati, ada sejumlah wilayah di Indonesia yang masih melimpah harimaunya. Mereka hidup di alam liar, taman satwa liar, dan taman nasional yang berstatus hutan lindung.

Hingga saat ini, hanya harimau sumatera yang bertahan di Indonesia. Spesies harimau lain seperti Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah punah. Sebagai satwa langka yang dilindungi, populasi Harimau Sumatera berjumlah sekitar 400 ekor yang tersebar di berbagai wilayah.

Populasi Harimau Sumatera diketahui dihitung menggunakan metode kamera jebakan dan deteksi jejak, sisa-sisa, dan cakaran. Keberadaannya dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam.

Menurut berbagai sumber, hingga Senin (29/7/2024), kawasan yang masih melimpah harimau sumatera di Indonesia adalah Taman Nasional Gunung Leyzer (TNGL), Aceh. “400 orang tersebut tersebar mulai dari Gunung Leiser hingga Kerumutang, Rimbang Baling, Bukit Tigapuluh hingga Lampung,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE) Wiratno.

Ekosistem harimau sumatera lainnya terdapat di Provinsi Bengkulu tepatnya di wilayah Kabupaten Lebong seperti Rimbo Pengadang, Ladang Palembang, Ketenong, Bukit Resam dan Kabupaten Mukomuko.

Harimau sumatera sudah teridentifikasi di wilayah Kabupaten Rejang Lebong, namun belum pernah turun gunung. Penglihatannya terlihat saat menyeberang ke Kabupaten Lebong. Menipisnya luas ekosistem harimau sumatera membuat pihak berwenang menghimbau masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam dan habitatnya.

Upaya ini untuk menjaga kecukupan pangan dalam rantai makanan predator puncak, harimau sumatera. “Mereka (hewan liar) tidak mengganggu manusia selama tidak merusak keluarga, habitat, dan rantai makanannya,” kata Wiratno.