Categories
Otomotif

Banyak Diminta Produsen, Pemerintah Bakal Pelajari Insentif Mobil Hybrid

bachkim24h.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Bidang Bisnis Airlangga Hartarto mengatakan saat ini sedang terjadi diskusi antara pemerintah dan pelaku industri otomotif terkait permintaan insentif mobil hybrid.

Pasalnya, perkembangan kendaraan roda empat dengan teknologi yang memadukan mesin tradisional dan mesin listrik semakin meningkat.

“Diskusi antara perseroan dengan Presiden namanya insentif mobil Hybrid. Kalau kita lihat, penjualan Hybrid sekarang lebih tinggi dibandingkan EV (BEV),” kata Airlangga di sela-sela laporannya di IIMS 2024, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis. (15/2/2024).

Meski begitu, Airlangga mengatakan, terkait pemberian insentif bagi mobil hybrid juga akan dikaji lebih lanjut.

Nanti akan dikaji. Oleh karena itu, jembatan itu menjadi solusi sementara, ujarnya.

Sementara itu, mobil hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV) sudah dikatakan layak mendapatkan insentif tambahan karena mampu menurunkan emisi karbon sebesar 49% berdasarkan perhitungan emisi dari tangki bensin hingga gas buang. Artinya, penurunan emisi dua mobil hybrid setara dengan battery electric vehicle (BEV) yang mencapai 100%.

Jenis insentif yang dapat diberikan kepada HEV antara lain Vehicle Tax Reduction (VTC), Vehicle Title Transfer Charges (VTTF) dan Luxury Goods Sales Tax (LGST).

Saat ini PKB dan BBNKB HEV sama dengan kendaraan bermesin pembakaran dalam (ICE) yaitu 12,5% dan 1,75% sehingga totalnya mencapai 14,25%, sedangkan tarif PPnBM masing-masing mencapai 6% terhadap PP. 74 tahun 2021.

Bandingkan dengan BEV yang diganjar PPnBM, PKB, dan BBNKB 0%. Selain itu, BEV mendapatkan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 1% dari tarif normal 11%. 8,81%. HEV PPnBM disarankan diturunkan menjadi 0% atau setidaknya sama dengan LCGC sebesar 3%.

Berbagai insentif diyakini dapat menurunkan harga HEV sebesar 8-11%. Artinya, harga HEV yang saat ini masih Rp 450 juta bisa diturunkan menjadi Rp 400 juta. Bahkan, harganya bisa di bawah Rp 400 juta jika HEV juga diberikan insentif pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% seperti BEV.

Banjir insentif HEV diyakini dapat meningkatkan penjualan HEV hingga 104 ribu unit pada tahun 2025. Dengan volume sebesar tersebut, Indonesia dapat mulai melokalisasi komponen HEV seperti baterai sehingga dapat menjadi basis produksi HEV bagi negara-negara tersebut. pasar global di masa depan.