bachkim24h.com, D.I Yogyakarta – Wakil Direktur Jenderal Biro Gizi Nasional (BGN), Mayjen. C. TNI. Ekonomi.
“Tidak hanya penerima manfaat langsungnya, tapi juga peluang ekonomi dan lapangan kerja,” kata Dadang, Rabu, 13 November 2024.
Dadang menegaskan, program tersebut tidak bisa berjalan jika hanya melibatkan satu pihak saja. “Hampir seluruh kementerian, mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Koperasi akan terlibat, dan program ini akan berdampak langsung kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia kemudian menggambarkan program tersebut sebagai program yang “win-win” atau “win-win” karena memiliki banyak aspek dan saling menguntungkan. Tempat kerja dapur pusat
Salah satu dampak penting yang ditunjukkan ayah Anda adalah terciptanya lapangan kerja di wilayah Yogyakarta.
Saat ini terdapat 200.000 anak sekolah dari PAUD hingga SMA yang membutuhkan makanan bergizi.
Setiap dapur pusat yang dioperasikan oleh program ini dapat melayani 3.000 hingga 5.000 siswa per hari, sehingga dibutuhkan sekitar 60 dapur pusat untuk melayani seluruh siswa.
“Satu restoran membutuhkan sekitar 47 pekerja dan ada 60 restoran, berarti ratusan lapangan kerja baru,” kata Dadang.
Selain itu, masyarakat setempat juga dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program tersebut, seperti budidaya ikan, peternakan ayam dan bidang lainnya. Kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan tingkat kemiskinan.
“Program ini memberikan manfaat nyata kepada masyarakat,” kata Dadang.
“Anak-anak tidak hanya memperoleh nilai gizi, tetapi orang tua juga berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan keluarga,” tambahnya.
I Dewa Made Agung, direktur eksekutif Penelitian Ketahanan Pangan Indonesia (IFSR), juga menyatakan hal yang sama, menekankan pentingnya bersama-sama mengatasi masalah ketahanan pangan dan gizi di Indonesia.
Agung mengatakan, memberikan manfaat kepada masyarakat luas bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan kerja sama berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, institusi akademik, atau masyarakat.
Ia mengatakan, penting untuk bekerja sama dengan instansi yang berwenang untuk memastikan nutrisi yang diberikan kepada masyarakat terpenuhi kebutuhan gizinya.
Misalnya, Kementerian Kesehatan mempunyai kewenangan untuk menetapkan standar gizi yang harus dipenuhi dalam setiap program pangan.
Selain itu, sertifikasi halal dan keamanan pangan juga menjadi perhatian yang dapat dikelola dengan melibatkan Badan Jaminan Produk Halal dan Kementerian Agama.
Menurut Agung, pihak swasta juga mempunyai peran besar dalam bidang logistik dan distribusi. Kemitraan ini penting untuk memastikan bahwa seluruh aspek penyediaan makanan bergizi dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran.
Agung menjelaskan, program gizi memberikan dampak positif terhadap keuangan keluarga. Dengan biaya sekitar Rp15.000 per unit, orang tua bisa menghemat pengeluaran anaknya yang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain seperti menabung untuk sarana pertanian atau pendidikan.
Agung menegaskan, program tersebut merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan hasil positif di bidang gizi dan pendidikan.
Dalam pilot project yang sedang berjalan, Agung merekomendasikan kolaborasi berbagai pihak seperti Boga UMB, Kementerian Kesehatan, ahli gizi, dan Televisi Sejarah Indonesia untuk memastikan pangan tersebut memenuhi kebutuhan gizi dan mengukur dampaknya terhadap masyarakat.
PT Sariusa juga terlibat dalam penyediaan nutrisi tambahan seperti susu untuk meningkatkan kualitas nutrisi.
Agung juga menekankan pentingnya prinsip zero-waste, dengan mengatakan bahwa program tersebut tidak boleh menghasilkan sampah yang berbahaya bagi lingkungan.
Kemitraan ini mendukung ketahanan pangan berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat sejalan dengan tujuan IFSR untuk menciptakan generasi yang sehat dan produktif.