Jakarta – Aurora terbesar di dunia di ionosfer, fenomena alam berupa cahaya, memecahkan rekor 500 tahun terakhir.
Pencapaian tersebut berdasarkan pengamatan NASA yang dilansir Greek Correspondent pada Senin 27/05/2024. Warna yang tercipta dari penyebaran badai geomagnetik di Bumi dapat dilihat hingga ke garis khatulistiwa. Dan badai ini disebut-sebut sebagai badai terkuat dalam 20 tahun terakhir.
Badai geomagnetik yang terjadi antara 10 hingga 12 Mei 2024 itu dipastikan terjadi setelah lima badai matahari berturut-turut. Badai matahari yang disebut coronal mass ejection (CME) ini disebabkan oleh bintik matahari besar yang dikenal sebagai AR3664.
Bintik matahari ini berukuran 15 kali ukuran Bumi dan terbesar dalam beberapa dekade. Beberapa jilatan api matahari diklasifikasikan sebagai “kelas X”, yang berarti jilatan api paling kuat di Matahari, menurut Live Science.
Badai geomagnetik yang dihasilkan biasanya diklasifikasikan sebagai G4, badai geomagnetik tingkat tertinggi kedua. Namun sempat mencapai tingkat G5 pada tahun 1859, setara dengan peristiwa Carrington.
Pada saat itu, badai matahari terkuat yang pernah tercatat terjadi, menghasilkan aurora hingga ke selatan Kuba dan Hawaii. Peristiwa ini menandai pertama kalinya dunia mengalami kondisi ekstrem seperti itu sejak badai Halloween tahun 2003.
Namun badai kuat tersebut tidak menimbulkan masalah besar di Bumi, kecuali gangguan sementara pada satelit dan komunikasi. Namun, hal ini juga memberi pengamat cahaya warna-warni yang luar biasa di sebagian besar langit.
Ketika magnetosfer melemah, radiasi matahari memasuki atmosfer bagian atas dan menciptakan molekul gas yang membentuk aurora. NASA menggambarkannya sebagai salah satu aurora terkuat yang tercatat dalam 500 tahun terakhir.