JAKARTA – Kemunculan planet unik menjadi sorotan publik karena semakin hari semakin terlihat cerah. Para astronom telah mempelajari planet ini selama 280 tahun cahaya. Karena sisinya menghadap matahari, selalu tampak cerah.
Melansir Newsweek, Rabu (5/8/2024), planet ekstrasurya jauh yang diberi nama WASP-43 b ini merupakan raksasa gas panas yang mengorbit bintang sekitar 280 tahun cahaya dari Tata Surya. Menurut makalah baru di jurnal Nature Astronomy, pola cuaca yang mengesankan telah terdeteksi di ekuatornya, dengan kecepatan angin mencapai 8.000 mil per jam.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JSWT) berkontribusi besar pada peta cuaca WASO-43 b. Mereka mampu mengukur perubahan suhu dan gas di atmosfer planet ekstrasurya yang berjarak miliaran mil dari Bumi.
WASP-43 b adalah planet tipe “Jupiter panas” dengan atmosfer yang sebagian besar terdiri dari hidrogen, air, dan helium. Jaraknya 1,3 juta mil dari bintang yang dikenal sebagai WASP-43, yang hanya berjarak 4 persen dari jarak antara Matahari kita dan planet terdekatnya, Merkurius.
Kedekatannya dengan bintang menyebabkan pasang surutnya terkunci, artinya satu sisi selalu menghadap bintang dan sisi lainnya selalu menjauhinya, seperti halnya Bulan mengorbit Bumi.
“Dengan Hubble, kita bisa melihat dengan jelas keberadaan uap air di siang hari. Baik Hubble maupun Spitzer memperkirakan akan ada awan di malam hari,” kata penulis studi Taylor Bell dari Bay Area Institute for Environmental Studies.
Namun, para peneliti memerlukan pengukuran yang lebih tepat dari JWST untuk mulai memetakan suhu, kekeruhan, angin, dan komposisi atmosfer planet secara detail. Kini, JWST telah mengamati pola cuaca di dunia yang jauh ini, memastikan bahwa ia hanya memiliki uap air dan tidak ada awan di siang hari, awan tinggi dan tebal di malam hari, serta angin kencang di sekitar khatulistiwa yang mencampurkan gas di antara kedua Bumi. berpesta
“JWST merupakan terobosan dalam studi atmosfer planet ekstrasurya, dan kami telah belajar banyak dalam waktu kurang dari dua tahun menjalankan sains,” kata penulis studi Joanna Barstow.