bachkim24h.com, Jakarta – Analis saham PT Trimegah Sekuritas, Richardson Raymond menilai peluang pertumbuhan sektor telekomunikasi Indonesia masih sangat luas meski dibayangi aktivitas ilegal RT RW Net.
Dikatakannya, penetrasi broadband saat ini berada di angka 15% hingga 20%, penyedia layanan fixed broadband masih didominasi oleh pemain besar dengan ARPU (average cost per user) antara Rp250.000 hingga Rp400.000.
Perusahaan besar juga menggarap segmen pelanggan A dan B, serta tidak menggarap subsegmen yang ARPU-nya Rp 150 ribu hingga Rp 250.000.
“Di tahun-tahun mendatang, operator-operator besar akan semakin fokus pada segmen pelanggan C dan D,” kata Richardson dalam keterangannya, Jumat (3/5/2024).
Namun, Richardson yakin ada tantangan dalam beroperasi di segmen pasar ini.
“Jika penyediaan jaringan perusahaan penyedia jasa internet (ISP) tidak bagus dan harga mahal, maka mereka tidak bisa masuk ke segmen konsumen terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Richardson mencontohkan, emiten seperti PT Remala Abadi Tbk (DATA) sudah punya pengaruh di sektor ini. Sebagai perusahaan ISP, DATA memiliki pengalaman bekerja di pasar internet di Indonesia.
“Selain menggarap segmen menengah ke bawah, SONAÍ juga memiliki segmen pasar A dan B. Oleh karena itu, kinerja keuangan SONAÍ meningkat signifikan dari tahun ke tahun.
Menurut perusahaan, DATA melalui merek Tachyon sejak 2010 fokus menggarap segmen pasar korporasi.
Saham ini memberikan kontribusi 48,79% kepada perseroan. Selain itu, DATA telah menyetujui beberapa ISP untuk menjadi mitra akses internet di Indonesia.
Saat ini pangsa pasar mitra dengan ISP sebesar 32,64%. Sektor pemerintahan menjadi sasaran layanan DATA.
Pangsa pasar pemerintah adalah 9,96% dari pendapatan DATA. Sisanya perusahaan menggarap sektor perumahan dengan laba Clean Homes sebesar 8,61%.
Segmen pasar baru yang akan tumbuh adalah segmen perumahan. Dengan mengusung brand Net-home, DATA dapat menyediakan layanan broadband ke sektor komersial dan residensial.
Berdasarkan prospektus IPO DETAILS, pendapatan perseroan terus meningkat dari tahun 2020. Pada 2020, pendapatannya hanya 115,9 miliar.
Pada tahun berikutnya, pendapatan perusahaan meningkat menjadi Rp 155,3 miliar. Dan pada tahun 2022, pendapatan perseroan kembali meningkat menjadi Rp 209,7 miliar.
Dari sisi keuangan penyedia DATA, Richardson mengatakan pertumbuhannya sangat positif.
Menurut prospektus RINCIAN, 57,99%, 41,73%, 31,73% dan 37, 57,99%, 41,73%, 36,73% dan 37.
“Hasil yang luar biasa ini terus menunjukkan betapa bagus dan bagusnya perusahaan ini. Saya berharap DATA dapat bersaing di pasar fixed broadband di India,” kata Richardson.