Categories
Edukasi

Al-Azhar Kiblat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam, Alumninya Berkiprah untuk Kemajuan Indonesia

Jakarta – Mahasiswa Universitas Al -azhar Mesir yang berasal dari Indonesia jumlahnya sangat banyak. Dan ikut serta dalam berbagai bidang untuk memajukan Indonesia.

Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumut sekaligus Presiden International Al-Azhar Alumni Association (Oiaa) Indonesia Sumut Dr. Dr. Zainal Arifin, LC, MA mengatakan, Santri Al-Azhar yang tidak lulus boleh berbangga karena bisa menampilkan dirinya sebagai insan medana yang berguna dalam perjalanan haji dan UMRRA dunia.

“Tetapi mereka yang lulusan al-Azhar, termasuk para rektor Sumut, akhirnya menjadi presiden Sumut. Apalagi sebagian besar dari mereka mengabdi di dunia pendidikan, khususnya Pesantren,” kata Zainal di masa kepresidenannya. kata, Senin (24/6/2024).

ZAINAL sempat menjelaskan bahwa al-Azhar masih memberikan kesan yang baik kepada santri dan masyarakat. “Mendapatkan ilmu di al-Azhar tidak hanya di dalam kelas, bisa juga di luar kelas. Di Mesir, semua pendidikan dan pembelajaran,” ujarnya.

Alumni Al-Azhar lainnya, Prof. H.Yusuf Baihaqi, LC, M.A. Beliau adalah guru besar tafsir di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Yusuf menjelaskan, dalam hal pengabdian kepada masyarakat, Universitas Al-Azhar Mesir terbuka untuk seluruh mahasiswa dari belahan dunia manapun. Dan sistem penerimaan mahasiswa yang inklusif, selain bebas biaya mahasiswa, membuat umat Islam di dunia sangat tertarik untuk belajar di Universitas al-Azhar.

“Masuknya Universitas Al-Azhar bagi umat Islam di dunia kemudian tidak mengabaikan sisi akademis dalam sistem bacaan. Pembaca sumber daya manusia yang memiliki tenaga akademik doktoral paling sedikit, bahkan banyak yang memiliki gelar doktor program doktoral hingga program Jenjang I mahasiswa kebanggaan Rem menganut ilmu Universitas al Azhar,” tuturnya.

Dan katanya, karya ilmiah banyak dilakukan pada perkuliahan, pembelajaran materi ajar dan sistem kelulusan yang sangat ketat. “Tidaklah mengherankan dan didorong oleh Universitas Azhar dalam pendidikan akademik dan pengabdian masyarakat, jika para mahasiswanya, setelah pulang ke kampung halamannya di kota, sebagai akademisi, sebagai dosen dan di kota, sebagai pemimpin akademik, dan di kota, sebagai sayuran dan kota akademis” kata Yusuf Baihaqi yang pernah tinggal di dakwah Islam kota Abbasiyah, Kairo.

Sekretaris Jenderal International Association Al Azar Alumni (Oiaa) Indonesia – Jawa Timur Dr. H. Muhyididin, LC., Mm mengatakan Al-Azhar sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, al-Azhar memberikan kontribusi yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.

Menurutnya, Mesir bukan satu-satunya negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Puluhan ribu Alumni Universitas Al-Azhar yang tersebar di seluruh Indonesia telah memperjuangkan pengabdian masyarakat di berbagai tingkatan, mulai dari Dai, USTAZ, Kiai, Pesantren, Rektor, Legislatif, Hakim, Eksekutif. Misalnya Presiden Ora Ora Java Dr. Mahometus Al Barra, LC., M. yang saat ini menjabat Wakil Gubernur Mojokerto. Pada tahun 2014 ia menjadi kandidat kuat pemerintahan Mojokerto.

Kata Muhyididin, hal ini membuktikan bahwa al-azhar telah menjadikan sesuatu seperti kain baja agar produknya dapat berubah dan pada akhirnya menjadi khairunnas ‘Anfahum Linnas atau bahkan sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Dosen Universitas Bangka Belitung sekaligus Ketua International Al Azar Alumni Association (Oiaa) Indonesia Bangka Belitung Dr. (C). Mohammed Kurnia, LC., M.AG, menjelaskan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kemajuan santri Al Azhar lebih terasa di semua sektor sosial. Padahal, Alumni Al-Azhar merupakan pemimpin dalam dunia pendidikan dengan menerapkan manhaj Wasathiyah (bimbingan Islam) sebagai landasan luas pelaksanaan pembelajaran, yang diterima oleh masyarakat (Guru Besar) di Azhar.

“Keberhasilan alumni al-Azhar Mesir menginspirasi generasi muda saat ini karena partisipasi aktif para alumni memberikan bimbingan keagamaan yang ramah dan santun sehingga semua orang dapat menerimanya, bahkan dalam menjalin hubungan antar umat beragama dilakukan dengan sangat baik. , ” jelasnya sambil mengenang santri al-azhar di Bangka Belitung yang kini berprofesi sebagai politisi (anggota DPRD daerah), akademisi, dunia usaha, pemerhati sosial dan budaya, serta pengasuh keturunan Islam. sekolah dan Konvensi Taklim.