bachkim24h.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kedatangan kurma dari beberapa negara di Timur Tengah. Rupanya belum ada produk asal Israel yang diimpor ke Indonesia.
Jelas sekali bahwa akhir-akhir ini ada banyak desas-desus tentang merek dagang yang terkait dengan Israel. termasuk beberapa merek kurma yang diproduksi di Israel. Kepala BPS Amalia Adininggar Vidyasanti menegaskan, tidak ada kurma Israel yang masuk ke Indonesia.
“Tidak ada impor kurma dari Israel. Tidak ada,” kata Amalia dalam jumpa pers BPS di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Dia mencatat: Israel tidak ada dalam daftar negara pengimpor kurma. Setidaknya ada 4 negara asal kurma yang diimpor ke Indonesia. Termasuk Tunisia, Mesir, Iran dan Arab Saudi.
Ia menambahkan: “Oleh karena itu, kami klarifikasi bahwa tidak ada impor kurma dari Israel, karena data BPS menunjukkan impor kurma terbesar adalah dari Tunisia, kedua dari Mesir, ketiga dari Iran, dan keempat dari Arab Saudi.” katanya.
Dilihat dari pangsa impor kurma ke Indonesia, pasokannya lebih banyak dibandingkan Tunisia dengan cakupan 29,7%. Setelah itu, Mesir menduduki peringkat berikutnya dengan 28,3% impor kurma ke Indonesia. Amalia pada akhirnya mengatakan: Lalu Iran 9,3% dan Arab Saudi 8,9%. neraca perdagangan
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih surplus pada Februari 2024. Namun, nampaknya ada pengurangan besaran surplus menjadi $870 juta. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Vidyasanthi mengatakan surplus perdagangan memperpanjang tren yang ada.
Pada Februari 2024, Indonesia akan kembali mengalami surplus perdagangan sebesar $0,87 miliar, kata Amalia pada konferensi pers di Jakarta.
Ia mengatakan, pencapaian tersebut melengkapi tren surplus neraca perdagangan Indonesia selama 46 bulan berturut-turut. Namun, ia mengaku ukurannya sudah berkurang.
Amalia mengatakan, angka surplus ini lebih rendah dibandingkan periode Januari 2024 yang sama dengan surplus neraca perdagangan Februari 2023.
Ia menjelaskan, surplus ini menambah surplus berturut-turut menjadi 46 bulan berturut-turut, tentunya lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan informasi, surplus perdagangan nonmigas sebenarnya lebih dari 2,63 miliar dolar, namun dikurangi dengan defisit perdagangan sektor migas sebesar 1,76 miliar dolar.
Selama Januari hingga Februari 2024, sektor migas mengalami defisit sebesar $3,06 miliar. Namun sektor nonmigas masih mengalami surplus sebesar $5,93 miliar, sehingga total surplus sebesar $2,87 miliar.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar $2,02 miliar pada Januari 2024.
Pada Januari 2024, neraca perdagangan barang dagangan mencatat surplus sebesar $2,02 miliar, turun $1,27 miliar dari bulan sebelumnya, kata Plt. Ketua BPS Amalia Adininggar Vidyasanthi mengumumkan ekspor-impor Januari 2023 pada Kamis, 15 Februari 2024 dalam jumpa pers.
Amalia mengatakan pencapaian tersebut membuat Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Ia mengatakan, Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Menurut dia, surplus neraca perdagangan Januari 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Surplus perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus barang nonmigas sebesar $3,32 miliar, dan surplus komoditas utama antara lain barang bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewani (HS15), dan besi. dan baja (HS72).
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Januari 2024 juga lebih rendah dibandingkan bulan lalu dan Januari 2023. Sementara itu, pada saat yang sama, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 1,03 miliar dolar AS. Faktor penyebab defisit anggaran adalah minyak dan produk minyak mentah.
Ia mengatakan, defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Indonesia dilaporkan mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara, tiga negara teratas adalah India dengan $1,38 miliar, Amerika Serikat dengan $1,21 miliar, dan Filipina dengan surplus $0,63 miliar.