JAKARTA – Kemajuan teknologi ibarat pedang bermata dua. Jika tidak dimanfaatkan dengan bijak maka akan menimbulkan kerugian. Di satu sisi, kehadiran teknologi juga memudahkan pekerjaan, namun risiko kejahatan dunia maya selalu ada.
Hal ini juga berlaku untuk perangkat pintar seperti jam tangan, bel pintu, sistem keamanan rumah, lampu, dan perangkat Internet of Things (IoT) lainnya. Karena perangkat berkemampuan AI memerlukan penyesuaian pengguna untuk menyimpan data penting.
Produsen juga mengumpulkan banyak data pengguna untuk memastikan perangkat pintar ini responsif dan adaptif. Hal ini tentu membuat pengguna berisiko dieksploitasi oleh penjahat dunia maya seperti peretas yang ingin mencuri data.
Diluncurkan oleh The Conversation Rabu (17/4/2024) Ketika AI menjadi lebih umum, konsumen juga harus menjadi lebih pintar. Mereka perlu menyadari pentingnya perlindungan yang diperlukan agar tetap aman dari serangan dunia maya.
Konsep Internet of Things lahir ketika teknologi mulai menghubungkan perangkat fisik sehari-hari seperti lemari es, penyedot debu, dan kamera bel pintu ke Internet. Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 17 miliar perangkat IoT di seluruh dunia.
Perangkat IoT pra-AI umumnya memiliki fungsi yang lebih sederhana dan statis, sehingga mengurangi risiko privasi dan keamanan data. Perangkat ini dapat terhubung ke Internet dan melakukan tugas tertentu yang telah diprogram untuk dilakukan, seperti mematikan lampu dari jarak jauh.
Namun, perangkat ini tidak dapat belajar dari interaksi pengguna atau menyesuaikan fungsinya seiring berjalannya waktu. Produsen mengintegrasikan AI ke dalam perangkat IoT untuk membantu mereka “memahami” kebutuhan dan perilaku pengguna serta beradaptasi dengan lebih baik.
Namun, hal ini juga membuatnya kurang aman. Dengan adanya AI yang terintegrasi pada perangkat-perangkat ini, hal ini membuka peluang baru bagi penjahat dunia maya. Misalnya, seorang peretas dapat menggunakan masukan tersebut untuk secara sengaja menyebabkan AI pada perangkat. Mereka juga dapat “meracuni” data pelatihan model AI untuk membuatnya berperilaku tertentu.
Selain itu, penjahat dunia maya dapat memperoleh data pelatihan AI melalui serangan inversi model. Jika model AI dilatih pada data pribadi atau sensitif, mereplikasi model tersebut dapat mengungkapkan informasi yang seharusnya dirahasiakan.