JAKARTA – Sebuah studi baru menemukan bahwa harimau liar menjadi salah satu indikator keanekaragaman satwa liar. Keberadaan macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dikaitkan dengan kekayaan dan kelimpahan satwa lain yang menghuni kawasan yang sama.
Penelitian tersebut, yang merupakan penelitian komprehensif pertama terhadap hewan yang mungkin dimangsa harimau, menggunakan kamera tersembunyi di empat lokasi berbeda di Pulau Jawa, Indonesia.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Andhika C. Ariyanto dari Universitas Twente dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Belanda menganalisis 7.461 foto individu yang diambil selama kurang lebih 13.000 hari antara tahun 2020 hingga pertengahan tahun 2022. Lokasi penelitian berlokasi di empat taman nasional .
Mereka menetapkan bahwa Taman Nasional Meru Betiri adalah habitat tertinggi dan kaya spesies di hutan pegunungan di Jawa bagian timur dan Bali, tempat ditemukannya harimau Javanabany. Di bawah ini adalah Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Alas Purwo – masing-masing hutan hujan Jawa Barat dan Jawa Timur-Bali.
Sementara itu, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang mewakili habitat hutan hujan Jawa Barat dan Bali memiliki keanekaragaman spesies habitat harimau yang lebih rendah.
“Hal ini menunjukkan interaksi antara Harimau Jawa dan predator, serta peran kelimpahan predator dalam membentuk distribusi dan perilaku mereka di alam liar,” kata Mongabay dalam laporannya, Jumat (26 Juli 2024).
Para ilmuwan telah mengidentifikasi 10 pola keberadaan dalam ruang dan waktu yang sesuai dengan bentuk harimau. Beberapa di antaranya berpotensi menjadi predator kucing besar, seperti rusa muntjak (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus scrofa), burung hutan (Gallus spp.), Anjing liar Asia (Cuon alpinus), dan badak jawa (rhinoceros). sondaicus).
Studi ini menunjukkan bahwa dengan mengidentifikasi hewan mangsa dan populasi harimau Jawa, para pegiat konservasi dapat mengembangkan rencana konkrit untuk melindungi dan meningkatkan populasi hewan-hewan tersebut, termasuk harimau. Sebab jika predatornya tidak mencukupi, maka jumlah predator besar seperti Harimau Jawa bisa berkurang atau bahkan hilang di beberapa wilayah.
Javanaba terdaftar dalam Daftar Merah IUCN sebagai spesies yang terancam punah dan berjumlah sekitar 350 individu. Macan tutul telah diidentifikasi sebagai predator puncak terakhir di Pulau Jawa setelah Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) punah pada abad lalu dan terancam oleh manusia melalui perburuan, hilangnya habitat, dan menurunnya jumlah mangsa.