Categories
Kesehatan

Hipertensi yang Tak Diatasi Bisa Sebabkan Kerusakan Organ dan Saraf

bachkim24h.com, Batavia Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat merusak organ dan saraf tubuh bertahun-tahun sebelum gejala lainnya muncul. 

“Tanpa jiwa, hipertensi dapat merusak organ tubuh selama bertahun-tahun sebelum gejalanya muncul. “Jika tidak ditangani, hipertensi dapat menyebabkan kecacatan,” kata dokter spesialis saraf Eka Harmeiwaty.

Ketika kualitas organ tubuh menurun, maka kualitas hidup pasien pun menurun; Orang yang menderita hipertensi dan sangat kompleks mungkin menderita gangguan kognitif bahkan demensia. Penyebabnya adalah rusaknya endotel pada pembuluh darah akibat berkurangnya aliran darah, sehingga suplai oksigen dan nutrisi tidak mencukupi serta neurotransmitter berkurang sehingga merusak sel-sel saraf.

 Hipertensi juga dapat menyebabkan kematian akibat kerusakan organ akhir seperti otak, jantung, dan ginjal. 

“Pasien stroke berisiko terkena demensia, yang dikenal sebagai demensia vaskular.” Selain dampak langsung pada sistem saraf, hipertensi juga bisa terjadi karena komplikasi hipertensi pada organ lain yang terjadi lebih dulu, seperti fibrilasi atrium, infark miokard, dan gagal jantung, ujarnya. 

Namun dari segi dampak kerusakan sistem saraf, dokter yang bekerja di RS Harapan Kita, hipertensi dapat menyebabkan serangan iskemik (TIA) atau stroke ringan dapat terjadi karena gangguan aliran darah ke sistem saraf dalam jangka pendek. otak karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah.

Menurut beberapa penelitian, hipertensi ditemukan pada 60-70 persen kasus stroke. Hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada endotel dinding pembuluh darah yang akan memulai proses aterosklerosis, ujarnya, mengutip Antara.

 

Menurut dia, dinding pembuluh darah rusak dan lebih rentan terhadap adhesi partikel dan pembentukan trombosit, tidak stabil dan sewaktu-waktu bisa lepas dari atas. Hingga menyumbat pembuluh darah vena yang menutup lumen pembuluh darah. 

Kedua kondisi tersebut akan terjadi pada gangguan aliran darah di otak dan stroke iskemik. Selain menyebabkan terhambatnya aliran darah, hipertensi juga menyebabkan darah di otak, lipohialonosis pada arteri kecil sehingga menyebabkan penipisan dan pecah, ujarnya. . 

Eka berpesan agar masyarakat menyampaikan tekanan darahnya sesuai target yang telah ditentukan. Kemudian, pengendalian variasi darah 24 jam ditingkatkan, terutama di pagi hari, dengan mendorong intervensi kehidupan dan medis. 

Oleh karena itu, jika terjadi stroke harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai. Pada kasus stroke iskemik, trombolisis intravena (IVT) akan dilakukan dalam waktu empat jam tiga puluh menit setelah masa emas pengobatan. 

Tetapi pada pendarahan kecil perlu dilakukan tindakan konservatif, dan pada pendarahan tangan yang besar perlu dilakukan penarikan darah. Eka menjelaskan, jika diperlukan, pasien harus mendapat drainase (VP shunt). 

“Pasien hipertensi yang mengalami gangguan kognitif dan demensia sebaiknya mendapat terapi khusus dan juga berbagai latihan, dengan tujuan memperlambat penurunan fungsi dan meningkatkan kualitas hidup,” kata Eka.