bachkim24h.com, Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank membantu 104 eksportir Indonesia mencari pembeli baru dari berbagai negara dengan kesepakatan dagang senilai hingga Rp 1 miliar.
LPEI mendukung banyak produk Indonesia mulai dari fesyen, dekorasi rumah, furnitur, makanan dan minuman hingga rempah-rempah untuk merambah dunia.
Antara Januari hingga Maret 2024, LPEI telah melaksanakan 14 sesi business matchmaking yang melibatkan lebih dari 500 UKM berorientasi ekspor dengan calon pembeli dari berbagai negara antara lain Kanada, Belanda, Uni Emirat Arab, Jerman, dan Australia.
Kepala Divisi Pelayanan Penasihat LPEI Ilham Mustafa mengatakan LPEI bekerja sama dengan atase perdagangan, Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC), asosiasi ekspor, Pusat Ekspor Surabaya dan diaspora Indonesia untuk memfasilitasi akses pasar global bagi UKM.
“Ini merupakan salah satu upaya LPEI dalam mendukung pemerintah dalam meningkatkan ekspor nasional,” kata Ilham dalam siaran pers yang dikutip, Minggu (28/4/2024).
Selain terhubung dengan calon pembeli internasional, LPEI memberikan wawasan dan pengetahuan kepada UKM dalam mengidentifikasi peluang bisnis baru dan menciptakan kolaborasi yang berkelanjutan, tambah Ilham.
“Tujuan utama kami adalah agar UKM dapat bersaing dalam skala global dengan memperluas pasar luar negeri, serta meningkatkan pengalaman mereka dalam berhubungan dengan pembeli asing,” tambah Ilham.
Salah satu UKM yang menerima pembeli ekspor luar negeri adalah CV Sabila Multi Kreasindo yang memproduksi dekorasi rumah dan kerajinan tangan asal Magelang, Jawa Tengah. CV Sabila Multi Kreasindo berhasil mengamankan pesanan dekorasi rumah dengan volume satu kontainer berukuran 20 kaki ke Amerika Serikat.
Kemudian, UKM asal Payakumbuh, Sumatera Barat berhasil mempromosikan produk rendangnya hingga mendunia dalam business pairing yang diselenggarakan oleh LPEI.
Yulianah, pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Bogor, Jakarta Mombatti sebelumnya mengaku sangat terbantu dengan program yang diberikan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Indonesia Eximbank.
Yulianah mengikuti program percontohan khusus eksportir baru (Coaching Program for New Eksportir/CPNE) dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Ia mengatakan, program LPEI sangat membantu ekspor produknya ke Singapura dan Australia.
“Sangat bermanfaat dan sukses untuk pemasaran di luar negeri. Kita belajar bagaimana menarik pelanggan, bagaimana menghadapi pelanggan baru, dan mengetahui peraturan perdagangan luar negeri karena setiap negara mempunyai peraturan yang berbeda-beda,” kata Yulianah pada FGD LPEI, Senin (19/ 2). /2024).
Yulianah menambahkan, dukungan LPEI sangat terasa dalam hal promosi. Pasalnya, UMKM berkesempatan mengikuti beberapa event besar untuk memamerkan produk lilin hiasnya.
“Produk kita banyak mendapat publisitas, lalu langsung banyak yang menghubungi kita. Kita juga berkesempatan mengikuti Indonesia Trade Expo 2018, banyak pelanggan dari sana,” kata Yuliah.
Yuliana memulai usahanya pada tahun 2011 dengan modal hanya Rp 5 juta dan kini produk lilinnya sukses dijual di Singapura dan Australia. Tak main-main, omzetnya mencapai Rp 700 juta per tahun.
Sebelumnya diumumkan bahwa Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur telah membangun tiga klaster desa devisa baru di Bojonegoro dan Gresik di Jawa Timur. Fokusnya pada kerajinan tangan untuk dekorasi rumah, permata dan kerupuk.
LPEI akan memberikan dukungan dan pembinaan kepada 640 perajin dari 22 desa di Bojonegoro dan Gresik yang masuk dalam tiga klaster desa devisa. Bantuan program devisa Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperluas akses pasar untuk tujuan ekspor, yang pada akhirnya mendukung peningkatan pendapatan masyarakat desa.
Kepala Divisi Jasa Konsultan LPEI Ilham Mustafa mengatakan, potensi ekspor Jawa Timur sangat besar, mencapai setara USD 20 miliar atau Rp 314 triliun (kurs Rp 15.700 per dolar AS) setiap tahunnya. menjadikannya provinsi terbesar ketiga di Indonesia dengan nilai ekspor tertinggi.
Untuk itu, pada akhir tahun lalu LPEI memperkuat kemitraan dalam membangun ekosistem ekspor dengan bekerja sama dengan Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) dalam kaitannya dengan pengembangan ekspor nasional, kata Ilham, Kamis (2/8/2021). 2024). .
Dengan mengidentifikasi potensi ekspor ketiga produk tersebut, melalui program Desa Devisa, LPEI memberikan berbagai pelatihan dan dukungan kepada UKM, perajin, dan mitra pembibitan ekspor untuk menembus pasar ekspor.
“Kolaborasi antara LPEI dan Pemprov Jatim ini memberikan peluang besar bagi perajin dan mitra tani di Bojonegoro dan Gresik untuk merambah global menuju pasar ekspor dan meningkatkan daya saing produk lokal agar berdampak sosial, lingkungan, dan berkelanjutan.” Iya,” kata Ilham.
LPEI akan terus memberikan pendampingan teknis kepada perajin, lanjut Ilham. Hal ini mencakup penerapan standar produksi ekspor, benchmarking pabrik-pabrik yang berhasil memasuki pasar internasional, dan mengundang mitra-mitra berkembang untuk berpartisipasi dalam pameran internasional seperti Ambiente di Jerman.
Menurut LPEI, Klaster Desa Devisa Bojonegoro yang terletak di Kecamatan Kasiman menghasilkan kerajinan unik dekorasi rumah dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin. Para perajin yang sebagian besar adalah perempuan dilatih mengolah limbah kulit jagung menjadi berbagai kerajinan tangan seperti piring lampu, hiasan dinding, dan cermin dinding hias.
Dalam sebulan, pengrajin memproduksi hingga 5.000 jenis dekorasi rumah setiap bulannya dengan harga jual 40.000 hingga 200.000 per produk. Sebagai mitra CV LPEI, Grandis Home akan menyerap produk kerajinan untuk dijual ke pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan.
Sedangkan devisa batu permata di Grešík terkonsentrasi di Desa Domaš yang sudah dikenal sejak tahun 1994 sebagai penghasil kerajinan batu permata seperti kursi, meja dan produk tenun lainnya. Sekitar 350 perajin, 70 persen di antaranya perempuan, membuat berbagai permata. Sesuai keinginan pembeli dengan desain modern dan klasik.
Produk tersebut dijual oleh Koperasi Produsen Kerajinan Giri Sejahtera yang merupakan mitra LPEI dalam memasarkan produk dan mengekspornya ke Jepang.
Program ketiga adalah Desa Devisa Kerupuk Ikan yang dikelola BUMDes Pahala di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Sekitar 225 kerupuk di BUMDes Pahala mengolah ikan segar menjadi kerupuk. Untuk menjaga kualitas dan cita rasa kerupuk, perajin lebih banyak menggunakan komposisi ikan, untuk 1 kg kerupuk dibutuhkan dua kilogram ikan segar.
Dukungan LPEI terhadap Desa Devisa Kerupuk Ikan bertujuan untuk memasuki pasar ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Belanda dalam waktu dekat. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerja sama yang erat antara LPEI dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2023, LPEI akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada 149 desa devisa sehingga menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah desa devisa terbesar di Indonesia.