bachkim24h.com Tekno – Masyarakat Indonesia sangat paham cara menggunakan produk dalam bentuk sachet dan kemasan. Sayangnya, kedua paket tersebut berkontribusi terhadap peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia. Rata-rata seseorang di Indonesia dapat memanfaatkan 4 kg sampah kantong per tahun, dan sebagian besar digunakan sebagai makanan dan minuman bekas. 1,1 juta ton pada tahun 2030. Sistem reusable menjadi solusi penggantian kemasan dalam bentuk sachet dan tas untuk keperluan umum. Sebagai informasi, sachet dan pouch merupakan dua jenis kemasan plastik yang banyak digunakan di Indonesia, khususnya untuk barang konsumsi cepat saji (FMCG). Menggunakan terlalu banyak sachet dan tas hampir tidak mungkin untuk dikumpulkan dan didaur ulang, mengakibatkan polusi plastik dalam jumlah besar, menyebabkan polusi plastik dan mempercepat masalah iklim, yang meliputi 47% dibakar di tempat terbuka, 6% dikubur, dan 5% sampah plastik dibuang ke dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 36% sampah sachet yang melewati TPA hingga ke tempat pengumpulan akhir dan didaur ulang, sedangkan hanya 6% sampah kantong sekali pakai yang melewati TPA. didaur ulang, sedangkan sampah tas sekali pakai sebesar 6%. Menanggapi permasalahan sampah dan kantong, Diet Plastik Indonesia bekerja sama dengan Universitas Daya Makara Indonesia merilis hasil penelitian bertajuk ‘Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial. Laporan Penggunaan Sachet dan Pouch serta Perluasan Solusi Reuse di Jabodetabek’. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai finansial biaya sosial kantong plastik dan tas di Indonesia yang tidak dirawat dan mencemari lingkungan adalah antara Rp 1,19 miliar hingga Rp 1,78 miliar setiap tahunnya berupa gangguan kesehatan, antara lain Permasalahan pernafasan dan kardiovaskular yang diderita masyarakat secara umum akibat paparan polutan dan pembakaran sampah saka dan tas turut mempengaruhi isu perubahan iklim. Laporan ini juga menjelaskan solusi untuk menggunakan kembali penggunaan sachet dan kantong sampah sekali pakai. Hal ini juga didukung oleh hasil bahwa 60 persen warga Jabodetabek ingin memfasilitasi pengembalian produk yang mereka gunakan dengan sistem daur ulang. membantu melindungi lingkungan. Lebih lanjut, sistem daur ulang dapat memberikan nilai ekonomi hingga Rp 1,5 miliar pada tahun 2030, dengan syarat sistem daur ulang tersebut memiliki kadar yang memadai dan dukungan peraturan pemerintah untuk membuka jalan mendeteksi dampak kemasan terhadap sachet dan “kantong”. . yang selama ini teridentifikasi ramah, tidak ramah lingkungan, dan ramah kesehatan,” kata Musoro dari Sustainable Development Research Group Universitas Daya Makara Indonesia, Bisuk Abraham Sisungkunon. Sistem daur ulang juga bisa berkembang dengan munculnya beberapa pemangku kepentingan dalam menghadapi daur ulang. permasalahan harga sachet yang murah. P75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kami semakin yakin bahwa, dalam ekonomi sirkular, “sistem daur ulang patut diutamakan”, ujarnya Indonesia. Namun, pendiri dan CEO Hepi Circle Kumala Susanto mengakui bisnis daur ulang penuh kendala, karena harus bersaing dengan kaos yang dijual dengan harga sangat murah. Extended producer responsibility (EPR) pricing atau biaya tanggung jawab produsen terhadap sampah harus dicantumkan pada kemasan guna menaikkan harga kantong agar mahal dan langka, sehingga pemanfaatan kembali dapat kompetitif. “Penggunaan kembali seharusnya menjadi hal yang lumrah di masyarakat”, tegas BPOM tegaskan kembali aturan label BPA pada galon air minum kemasan, KKI: Bantu konsumen memilih produk Masyarakat Konsumen Indonesia (KKI) menyambut baik terbitnya revisi aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ) sesuai label BBPA pada botol air minum bachkim24h.com.co.id 16 Juli 2024
Categories