bachkim24h.com, Jakarta – PT Smart Cakrawala Aviation (Smart Air) membantu pemerintah menangani banjir bandang di Demak, Jawa Tengah. Kontribusi Smart Air dalam mengatasi banjir ini adalah dengan menerapkan Weather Modification Technology (TMC).
Hilmi Rafiiq, tim ahli PT Smart Cakrawala Aviation (Smart Air), menjelaskan banyak tantangan dalam melaksanakan upaya perubahan iklim di Demak. Tantangan utama perubahan iklim di Kota Walikota adalah curah hujan yang ditandai dengan sangat ekstrim. Jadi, curah hujan di Demak tergolong ekstrim karena lebih dari 200 mm. Curah hujannya sendiri berkisar antara 100 mm hingga 150 mm, kata Hilmi dalam jumpa media di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (22/3/2021). 2023).
Selain itu, fenomena atmosfer yang cukup tinggi terjadi di wilayah sekitar Demak. Fenomena ini mengakibatkan hujan lebat turun di wilayah Demak dan sekitarnya.
Faktor ini juga mengakibatkan terbentuknya awan terlokalisir yang menyebabkan curah hujan lebih sering terjadi, ujarnya.
Keadaan ini diperparah dengan topografi wilayah Demak yang berbentuk cekungan. Sehingga bila curah hujan turun dengan intensitas ekstrim maka akan mengakibatkan banjir.
“Jadi seharian penuh mereka berada di Jawa Tengah, khususnya daerah Demak, itu daerah aliran sungai, sehingga tidak bisa mendukung curah hujan yang melimpah,” jelasnya. Ini membuahkan hasil
Namun upaya modifikasi iklim di Demak mulai membuahkan hasil. Antara lain, intensitas curah hujan yang mulai berkurang berdampak pada berkurangnya tinggi muka air banjir.
“Saat ini dari laporan rekan-rekan di lapangan, kita bisa meminimalisir curah hujan di bawah 50 mm, mungkin nanti BMKG akan merilis angka pastinya, tapi data di lapangan menunjukkan penurunan (intensitas hujan),” ujarnya. menyimpulkan.
Jurnalis: Suleman
Sumber: Merdeka.com
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperluas operasional Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi dampak banjir di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Hal itu dilakukan mengingat banjir di wilayah Demak dan Kudus masih tinggi.
Operasi TMC ini awalnya berakhir pada 20 Maret 2024, namun melihat adanya banjir di Kabupaten Demak dan Kudus maka akan diperpanjang, kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat ditemui usai meninjau lokasi pelanggaran. tepi kiri. Sungai Wulan di Dukuh Norowito, Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, dilansir Antara, Senin (18/3/2024).
Dalam kunjungannya, Wakil Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Irjen Pol Jateng Pol Ahmad Lutfi dan Panglima Kodam IV Diponegoro Mayjen Deddy Suryadi, Wakil Bupati Kudus M. Hasan Chabibie, dan Raja Muda Demak Eisti’anah turut hadir.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana menambahkan, hasil teknologi modifikasi cuaca (TMC) pada hari ketiga menunjukkan hasil karena tidak turun hujan di wilayah Blora, Demak dan sekitarnya.
“BNPB akan memperluas operasional TMC, saya harap bisa menutup bendungan-bendungan tersebut. Tensi yang lain akan semakin meningkat, kecuali Demak, Kudus, dan Jepara,” kata Nana.
Apalagi, lanjutnya, pada minggu depan kemungkinan terjadinya curah hujan ekstrem masih tinggi. Oleh karena itu, kata Nana, upaya modifikasi iklim untuk mengalihkan awan dan gumpalan air ke tempat lain mutlak diperlukan untuk mengurangi potensi dampak banjir yang meluas.
Penyebabnya, ketinggian banjir bisa mencapai 3 meter, jelas Nana.
Sementara menurut Nana, hasil koordinasi BBWS dan BNPB terhadap upaya penutupan bendungan, langkah tersebut sedang dilakukan. Diharapkan dalam lima hari ke depan bisa ditutup kembali.
“Saya berharap nanti ada penguatan untuk mencegah banjir lebih lanjut,” tegas Nana.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan penyebab banjir yang melanda sebagian wilayah di Jawa Tengah (Jateng). Perubahan cuaca akan terjadi selama lima hari ke depan, Sabtu-Rabu, 16-20 Maret 2024.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, wilayah sasaran operasi modifikasi iklim atau TMC meliputi wilayah Pantura Tengah, termasuk Kabupaten Grobogan dan sekitarnya.
Operasi modifikasi iklim yang dimulai hari ini dilakukan dengan menabur garam (natrium klorida/NaCl) menggunakan pesawat di awan di langit daerah sasaran, kata Muhari, dilansir Antara, Sabtu malam, 16 Maret 2024.