Categories
Sains

Kemunculan Harimau Jawa di Mata Orang Jatim, Jateng, dan Sunda

JAKARTA – Harimau Jawa yang bernama latin Panthera tigris sundaica dinyatakan punah pada tahun 1970-an, namun identitas pasti hewan tersebut masih menjadi misteri karena warga mengklaim hewan liar tersebut masih umum ditemukan.

Hewan-hewan yang hidup di Pulau Jawa menghilang akibat perburuan manusia dan lahan menyusut akibat eksploitasi untuk pertanian. Namun berdasarkan informasi lebih lanjut, hewan ini belum punah.

Kawanan Harimau Jawa yang tinggal di hutan konon mempunyai pemimpin sakti. Pemimpin Simbah ini kemudian “mutuala mbahu” atau melindungi dan memimpin kawanannya di padang pasir. Ketika warga ingin menyucikan hutan (mbabat wai), para sesepuh terlebih dahulu harus membakar dupa dan membacakan mantra.

Setelah itu, pemimpin harimau berinteraksi dengan warga, setelah itu kepala hutan memberikan izin untuk membuka tempat tinggal tersebut. Secara tradisional, harimau diyakini menghindari manusia. Namun hubungan antara harimau dan manusia sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Robert Wessing menjelaskan dalam tulisannya bahwa Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) masih banyak berkeliaran di awal abad ke-19. Terkadang habitat harimau berhimpitan dengan habitat manusia di pinggir hutan. Pada masyarakat Jawa saat itu, terdapat kepercayaan bahwa harimau merupakan titisan roh nenek moyang yang menjaga dan mengendalikan tingkah laku masyarakat desa.

Masyarakat Keraton (masyarakat Kasunanan Kota Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta) memandang harimau sebagai simbol alam yang liar, tidak terkendali dan bertentangan dengan budaya luhur.

Meski beragam, masyarakat Jawa menghormati harimau.

Mereka memanggil harimau dengan julukan hormat seperti “mbah”, “babushka”, “kiai”, “kiaine” atau “abah gede”.