JAKARTA – Kendaraan listrik merupakan masa depan transportasi dan harus ramah lingkungan. Namun pengembangan kendaraan listrik khususnya di Indonesia memerlukan kerja sama semua pihak.
Pemerintah, industri, praktisi, dan akademisi harus saling bahu membahu memastikan perkembangan kendaraan listrik di tanah air terus berkembang.
Baca Juga: Anarki ITS menjadi satu-satunya kelompok penelitian mahasiswa di GIIAS 2024
Universitas telah memperkenalkan banyak inovasi. Mempercepat penggunaan kendaraan listrik baterai, baik itu sepeda motor listrik, mobil listrik, bus listrik maupun baterai.
Inovasi PENS
Teknologi Baja Listrik Nasional (PENS) Surabaya misalnya, telah mengembangkan beberapa kendaraan listrik melalui koordinasi dengan Pusat Penelitian Lanjutan dan Inovasi Elektrifikasi Transportasi (CREATE). Seperti sepeda motor listrik, sepeda motor ATV listrik, sepeda motor sport listrik, bus listrik, dll.
Baca juga: Bus Listrik Berbasis Inovasi User Interface Dukung Kepresidenan G20
Mahasiswa Penn, Randi Azwadi, mengatakan kampusnya terlibat aktif dalam membangun solusi transportasi berbasis listrik yang berkelanjutan. “CREATE fokus pada sektor transportasi, khususnya transportasi listrik,” ujarnya.
Pada acara Higher Education Partnership Conference (HEPCON) 2024, Bali Kartini Jakarta, (29/08/2024), Randi
CREATE juga beranggotakan lebih dari 12 mahasiswa dari berbagai departemen dan bekerja sama dengan PT VKTR untuk mengembangkan truk listrik 12 tempat duduk selama penelitian, jelasnya.
Inovasi mereka tidak hanya terbatas pada motor listrik, tetapi juga mencakup sistem deteksi pada bus yang dapat memeriksa kelelahan pengemudi dan menghitung jumlah penumpang secara otomatis. Selain itu, CREATE sedang mengembangkan sistem bantuan pengemudi untuk bus.
Randy menekankan pentingnya inovasi di bidang transportasi listrik mengingat tren global menuju kendaraan ramah lingkungan. Ia menambahkan: “Kami tertarik membuat kendaraan listrik ini karena kedepannya mobil akan menjadi listrik.
Pasar mobil listrik juga akan menjadi populer. Itu karena pengemudi mobil listrik tidak bisa mendapatkan tiket untuk insentif yang disponsori pemerintah, kredit pajak dan manfaat lainnya, kata Randy.