Categories
Bisnis

95% Perusahaan di Indonesia Adopsi ESG untuk Tingkatkan Nilai Usaha

bachkim24h.com, Jakarta – Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau KADIN menyoroti banyaknya perusahaan di Indonesia yang semakin banyak mengadopsi nilai dan praktik ESG (Environmental, Social and Corporate Governance) dalam menjalankan bisnisnya. 

Direktur Institute for Sustainability and Agility (ISA) sekaligus Ketua Satgas ESG KADIN Maria R. Nindita Radyati mengutip data Mandiri Institute 2023 yang menunjukkan 95% perusahaan di Indonesia telah mengadopsi ESG untuk meningkatkan nilai perusahaan mereka.

“Mengapa perusahaan mengadopsi ESG? Pertama, karena nilai perusahaannya. Perusahaan yang sudah go public di Indonesia, termasuk BUMN, tahu bahwa ESG harus menjadi bagian dari operasional mereka sehari-hari,” kata Maria dari Katadata Action Sustainability for the Future . Kegiatan Ekonomi (SAFE) 2024 di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Maria melihat belum ada aturan khusus terkait ESG. Namun hal ini tidak berarti perusahaan dalam negeri tidak siap mendukung tujuan pengurangan emisi Indonesia.

“Bukan berarti tidak ada regulasi terkait ESG. (Tidak ada),” ujarnya.

Dalam survei Mandiri Institute 2023, 91% perusahaan yang disurvei menyatakan bahwa kontribusi lingkungan dan sosial menjadi salah satu alasan untuk mengadopsi nilai-nilai ESG. 86% perusahaan mengatakan mereka mengadopsi ESG karena regulasi dan 80% karena reputasi. Sementara itu, 70% perusahaan menyatakan nilai-nilai ESG penting untuk strategi bisnis dan 44% untuk perluasan pasar.

 

Di masa lalu, dunia usaha menghadapi banyak tantangan untuk membantu menjaga keberlanjutan dan melindungi alam. Termasuk UKM yang juga perlu meningkatkan kesadaran lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) agar peka terhadap perubahan iklim dan isu lingkungan hidup.

Menyikapi situasi ini, Modalku Modalku bermitra dengan STACS, sebuah perusahaan solusi teknologi asal Singapura, untuk menjual platform ESGpedia kepada UMKM Indonesia yang ingin memulai perjalanan pelaporan ESG mereka.

ESGpedia memberikan gambaran terstruktur mengenai topik-topik ESG dan secara otomatis dapat mengkonversi data operasional seperti bahan bakar, pendingin dan konsumsi listrik menjadi emisi GRK berdasarkan metodologi ISO 14064-1 bersamaan dengan Protokol Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia.

Pendiri dan CEO STACS Benjamin Soh mengatakan ESGpedia dikembangkan untuk mengatasi kesenjangan informasi ESG di pasar ASEAN. Dengan menggunakan ESGpedia, ia mengklaim UMKM dapat mengakses platform digital secara gratis, sehingga menyederhanakan standar dan kerangka pelaporan ESG.

 

“Khususnya di Indonesia, kami mengetahui bahwa hanya sedikit institusi atau perusahaan yang diwajibkan oleh pemerintah untuk melaporkan metrik ESG. Menyadari bahwa hal ini dapat berdampak pada UMKM, termasuk mereka yang berada dalam ekosistem rantai pasok perusahaan besar, kami ingin mendukung ESG: n Tur UMKM Indonesia dengan memberikan “akses terhadap platform yang memudahkan mereka melaporkan emisi gas rumah kaca dan memperkuat data ESG mereka,” ujarnya di Restoran Kembang Goela, Jakarta, Kamis (2/1/2024).

Sustainability and ESG Leader Annette Aprelana menambahkan, penerapan praktik berkelanjutan di perusahaan tidak hanya membuka peluang untuk menggalang dana lebih banyak, namun juga membantu perusahaan mempertahankan daya saing serta sadar akan permasalahan lingkungan dan sosial.

“Kami ingin memastikan UKM yang tergabung dalam ekosistem kami memiliki pengetahuan dan sumber daya yang cukup untuk terus berkembang dan menjawab pertanyaan pemangku kepentingan mengenai ESG bila diperlukan,” ujarnya.

 

Dalam hal pelaporan statistik ESG, ia yakin UKM dapat mengembangkan rencana aksi mengenai topik-topik ESG penting apa yang perlu ditangani. UKM dapat memberikan dampak positif tambahan dengan menyelaraskan aktivitas bisnis mereka dengan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi planet ini.

Pemerintah Indonesia juga telah menyusun peta jalan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Ketika tujuan global ini diterapkan di tingkat korporasi, berbagai perusahaan akan menjadi lebih sadar dalam menerapkan praktik berkelanjutan dalam operasi mereka, dan peran CSR dalam mencapai agenda ini akan menjadi sangat penting.

Direktur Eksekutif Indonesia Global Compact Network (IGCN) Josephine Satyono mengatakan UKM juga dapat menerapkan strategi bisnis berkelanjutan melalui sepuluh prinsip United Nations Global Compact (UNGC). Meliputi bidang hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan hidup dan anti korupsi.

“Beberapa langkah yang dapat dilakukan UKM adalah memahami tujuan global secara keseluruhan, mengidentifikasi prioritas dan target kegiatan SDG yang memiliki dampak terbesar, mengimplementasikan tujuan SDG dalam bisnis, dan melaporkan kontribusi terhadap SDGs,” ujarnya.

“Dengan menerapkan sepuluh prinsip UNGC dalam strategi, kebijakan, dan prosedur mereka, UKM dapat menyiapkan bisnis mereka untuk meraih kesuksesan jangka panjang,” tutup Josephine.