JAKARTA – Bulan Ramadhan menjadi saat yang dinanti-nantikan umat Islam karena membawa keberkahan yang melimpah dari Allah dan membuka pintu ampunan Allah.
Puasa di bulan Ramadhan wajib bagi umat Islam, sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah ayat 183).
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ketika pertama kali diperintahkan berpuasa, para sahabat belum memahami secara jelas batasannya. Demikianlah ada kisah tentang seorang sahabat Nabi yang pingsan saat pertama kali mencoba berpuasa.
Salah satu sahabat Nabi yang mengalami fenomena tersebut adalah Qays bin Shirma, seorang anggota Ansari. Ceritanya, Qays pingsan di pagi hari karena belum makan sahur, berbuka puasa.
Para sahabat Nabi kemudian meyakini bahwa makan dan minum antara suami dan istri pada malam Ramadhan dan berhubungan badan hanya sebelum tidur diperbolehkan. Namun, Case yang sangat lelah karena pekerjaan hari itu, tertidur lelap saat berbuka puasa.
Dalam buku Ahmad Rafia Usmani ‘Contoh Indahnya Rasulullah dalam Beribadah: 1000 Kisah Panduan Sholat, Puasa, Zakat dan Haji’ terdapat cerita yang menggambarkan awal mula perintah puasa di bulan Ramadhan. Nabi
Meski puasa Ramadhan diwajibkan, namun batasan makanan dan minuman selama bulan suci masih belum jelas.
Itupun para sahabat Nabi belum terbiasa dengan jadwal sahur dan berbuka puasa yang teratur. Akibatnya, ada sebagian teman yang berpuasa namun tertidur sebelum berbuka atau sesaat setelah berbuka.
Akibatnya, ada di antara mereka yang tidak sempat makan semalaman, bahkan ada yang tidak sarapan dan makan lagi keesokan malamnya. Hal ini terjadi saat suhu udara di Madinah sangat panas karena puasa sekitar bulan April.
Suatu hari Qays bin Shirmah Al-Ansari, ketika tiba waktu berbuka puasa, pulang ke rumah dan bertanya kepada istrinya, “Apakah kita punya makanan?”
“Maafkan suamiku. Hari ini kita tidak punya makanan. Tunggu sebentar, aku akan mencarikanmu makanan,” jawab istrinya.
Istrinya kemudian keluar rumah untuk mencari makan, sedangkan Qays bin Shirmah yang seharian bekerja keras tak lama kemudian tertidur. Ketika istrinya membawakan makanan dan mendapati suaminya sedang tidur, dia tidak membangunkannya dan hanya bergumam, “Kasihan kamu, suamiku!
Saat ia tertidur, sejak saat itu ia tidak diperbolehkan makan dan melanjutkan puasanya hingga matahari terbenam keesokan harinya. Maka hari itu Kays berpuasa dan melanjutkan pekerjaannya. Namun tiba-tiba di tengah hari Qays bin Shirmah pingsan, karena kelelahan dan belum makan.
Peristiwa Qays kemudian dilaporkan kepada Nabi (SAW). Selang beberapa waktu kemudian, turunlah surat Al-Baqarah ayat 187 yang berbunyi:
“Anda diperbolehkan bergaul dengan wanita pada malam-malam bulan puasa. Mereka berpakaian untuk Anda dan Anda berpakaian untuk mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat mengendalikan nafsumu. Itulah sebabnya Allah mengampuni dan mengampuni Anda. Maka campur tanganlah mereka sekarang dan ikutilah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Dan makan dan minumlah sampai kamu melihat benang putih dari benang hitam, yaitu. Fajar Kemudian selesaikan puasanya hingga malam hari (tetapi) jangan ganggu mereka saat mereka melakukan Ikatef di masjid. Allah telah mengharamkannya, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.” (QS AI-Baqarah ayat 187). Agar sayur rendang, opor dan ketupat tidak basi, perhatikan cara pengolahan santannya. Diketahui, makanan dengan santan pecah lebih cepat menjadi usang sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut